Konsultasi Brand Mapping

Dear Pak Refrinal,

Thanks for sharing.

Yang menarik buat saya, untuk segmen nasabah Bank, bener2 ada ya pak nasabah yang menjadikan produk Bank tertentu sebagai gaya hidup? Boleh kasih contoh gak pak?Misalnya kartu kredit Visa Platinum dari Bank ABC, yang jadi bagian dari gaya hidup itu “Bank” nya atau “visa platinum”nya? Maaf ngerepotin, karena saya belum pernah pegang produk perbankan …

Salam,
Dear Ibu,

Apa khabar bu? Senang dapat email dari Ibu. Semoga selalu dalaamkeadaan sehat dan sukses ya bu.Menjawab pertanyaan Ibu,saya coba jelaskan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki dengan segala keterbatasannya.
Ada satu kondisi yang harus dicermati dimana sebuah industry sangat sulit meningkatkan penjualan karena semua line sudah maksimal (optimum),bahkan strategi apapun yang dilakukan baik pada levelcorporate ataupun product tidak banyak membantu bahkan seluruh biaya promosi tidak dapat mengakibatkan return of earning yang semakin mengecil diakibatnya sangat kecilnya jumlah effective call dibanding total call pada aktivitas distribusi product. Standar penghitungkan efektivitas distibusi untuk break event berbeda-beda ditiap perusahaan, namun sstandar minimaalberdasarkan pengalaman berada di angka break event customer sebesar 60%. Dan ini yang menjadi hal yang sulit terutama di saat krisis global dimana daya beli menurun sehingga strategi-strategi seperti market development yang bersamaan dilakukan dengan product development harus benar-benar dihitung efektivitasnya, sehingga setiap peningkatan value added akibat kedua aktivitas tersebut seharusnya bisa memberikan earning dan profit yang bisa dihitung dengan rasio-rasio keuangan yang sspesifik.

Banyak ditemukan juga kondisi dimana banyak perusahaan yang menciptakan pertumbuhan penjualan yang significant, namun dari sisi lain secara bersamaan juga menunjukkanpenurunan laba yang significant, artinya baahwa peningkatan penjualan tanpa pemutakhiran strategi juga mengakibatkan kondisi terbalik bahwa peningkatan penjualan itu bukan berarti prestasi karena justru mengakibatkan penurunan laba, akibat besarnya distribution cost and others activity.
Menyikapi hal ini untuk produk-produk yang sudah mulai mencapai puncak penjualan, maka ada hal-halyang harus diantisipasi, karena mungkin sudah waktunya meningkatkan penjualan dengan memaksimalkan dan meningkatkan utilitas dari consumer, dalam artian sudah waktunya bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan dengan memaksimalkan pengelolaan pelanggan yang sudah ada, dan ini yang sering diabaikan oleh perusahaan.
Untuk consumer good analoginya adalah mana yang lebih baik terus mengembangkan pasar yang sudah jenuh atau mencoba mengubah strategi dengan mendidik pelanggan kita untuk meningkatkan penggunaan? Dengan mengembangkan knowledge yang ada, mengkomunikasikan differensiasi dengan lebih intens dengan personal approach strategy, sehingga tidak hanya menjadikan seluruh call menjadi effective call melainkan lebih dari itu kita sudah tidak hanya menguasai mindshare pelanggan kita tetapi juga heartsharenya, karena produk yang kita tawarkan sudah merupakan solusi karena sudah sesuai espektasi.
Nah untuk perbankan, strategi ini mulai dikembangkan dnegan mulai membedakan perlakukan antar nasabah, sehingga mulailah dikeluarkan berbagai produk dengan kelasnya. Tidakhanya diproduk kartu kredit, produk tabungan pun sudah mulai di buat segmentasinya menjadi silver, gold dan platinum dan untuk masing-masing segmentasi itu dibedakan berdasarkan layanannya. Apa impelentasinya? Sebagian besar bank mulai menciptaakaan produk yang mulai kita kenal sebagai priority banking product. Jadi nasabah yang memiliki simpaanan dengan jumlaah tertentu ataau nasabah yang memiliki jumlah pinjaman tertentu akan dikelola dengan baik dengan sentuhan yang snagat Pribadi, dan tidak hanya itu saya nasabah yang termasuk dalam segment ini akan dibuat sedemikian rupa terikat secara emosional sehingga target akhir perusahaan adalah membuat nasabah menggunakan sleuruh produk bank tersebut dan hanya menjadikan bank tersebut sebagai satu2nya bank, bahkan tidak hanya beerlaku untuk dirinya melakinkan juga keluarga, sehingga seluruh produk sudah menjadi bagian dari gaya hidup, karena nasabah itu sangat bangga menggunakan produk itu.
Menjawab pertanyaan terakhir Ibu, untuk gaya hidup ini, maka tidak jika sudah menjadi lifestyle dan pelanggan sudah commited, maaka tidak yang menjadi gaaya hidupitu adalah keduanya, produk dan banknya, tanpa dapat dipisahkan, karena keduanya memberikan aasurance yang sama besar dengan kepuasan minimalpada tingkat like brand.
Pada mandom implemetasinya pada level ini bisa dilihat dari behavior pelanggan untuk penggunaan produk, yang dapat diukur dengan melihat penetrasi produk mandom pada tiaapindividu pengguna. Jika mandom mengeluarkan produk untuk pria, makaa pada level ini seoraang konsumen akan menggunakan seluruh produk keluaran mandom tanpa kecuali untuk seluruh kategori, dan kewajibab mandom untuk mempelajari dan menciptakan produk-produk yang dibutuhkan oleh seorang pria, yang saat ini belum ada.
Pada tahap akhir, jika seluruh produk sudah digunakan tanpakecuali, maka pengembangan produk hanyalaah sebuah inovasi yang bertujuan untuk mempertahankan pelanggan dan utilitas produk pada pelanggan.
Demikian Bu, jawaban saya, namun saya menyadari banyak kelemahan dari jawaban ini dengan segala keterbatasan yang saya miliki. Namun dibaliksemua ini saya sungguh senang bisa berdiskusi dengan Ibu.


Salam

BRAND COMPETITIVE MAPPING ON BANKING INDUSTRY PERSPECTIVE

Di negara-negara maju termasuk India, China, Scottlandia dan Singapore yang sedang aktif melakukan ekspansi bisnis perbankan mereka ke Asia termasuk Indonesia bahkan di Indonesia ketiga negara ini mendominasi market growth industri perbankan Indonesia, maka riset ini dilakukan sekaligus dalam satu aktivitas, yang kemudian diberi nama 'Brand Competitive Mapping' yang menggabungkan dua aktivitas sekaligus yang menghasilkan dua kategori data terpisah namun saling mendukung dan saling menguatkan. Hasil keduanya jika digabung menghasilkan sebuah kekuatan riset yang nyaris tanpa kesalahan, sehingga jika diperlakukan secara benar maka hasilnya nyaris tanpa kesalahan.
Berdasarkan roolenya maka 'Brand Competitive Mapping' ini di dahului oleh competitive mapping, yang kemudian hasilnya dijadikan acuan untuk melakukan brand mapping. untuk kedua ini saya coba uraikan satu persatu secara terpisah.
COMPETITIVE MAPPING
Competitive mapping adalah rangkaian aktivitas pengumpulan data sekunder (data yang diperoleh melalui studi, sindikasi, market intelligent, dll) untuk mengukur 'market share' dan 'market size' masing-masing produk pada BANK ABC terhadap brand competitor secara parsial maupun secara keseluruhan, dan dari hasilnya akan diukur secara simultan 'market share dan market size' BANK ABC secara keseluruhan terhadap kompetitor-kompetitor utama maupun perbankan secara keseluruhan.
Studi ini menjadi sangat penting karena disamping mengukur market share dan market share juga untuk memetakan persaingan secara brand to brand, sehingga bisa meminimalisir tingkat kesalahan marketing strategy. Hampir sebagian besar bank 'menyamaratakan persaingan' dan menjadikan corporate sebagai kompetitornya, padahal berbagai riset membuktikan secara jelas bahwa belum tentu semua brand yang ada di BANK ABC memiliki kompetitor brand yang sama pada sebuah bank (Bukopin, BCA dan seterusnya). sehingga banyak strategi marketing yang disusun dan dirumuskan menjadi 'corporate strategy' dan terjadilah komunikasi yang keliru dan memunculkan 'promosi biaya tinggi' karena tidak berdampak secara signifikan terhadap peningkatan kinerja produk-produk BANK ABC dan perusahaan secara keseluruhan. Padahal jika ditelaah lebih jauh kemungkinan besar terjadi produk tabungan BANK ABC kompetitornya bisa saja berasal dari bank berbeda dengan produk deposito, giro, kartu kredit dan lain sebagainya. sebagai contoh produk tabungan Bank ABC itu kompetitor utamanya adalah Danamon, produk deposito BANK ABC kompetitornya adalah Bukopin, kompetitor gironya adalah Bank Mandiri dan kompetitor utama kartu kredit adalah BNI.
Dengan melakukan competitive mapping maka didapatkan informasi yang akurat tentang tingkat kompetisi antar merek BANK ABC di industri perbankan dan aktivitas-aktivitas yang mempengaruhi market share dan market share produk-produk BANK ABC tersebut terutama ATL activity (spending Billboard, belanja iklan, dll).
Karena berhubungan ekuitas merek maka lingkup competitive mapping tidak hanya mencakup 'size and share' saja melainkan multi atribut yang membentuk dan mempengaruhi kedua ukuran tersebut, antara lain fitur masing-masing produk kompetitor, tingkat suku bunga yang ditawarkan, kurs mata uang, tingkat inflasi, dan lainnya, yang datanya diperoleh secara 'taylor made' termasuk membuat perbandingan dengan yang terpublish di media-media nasional berpengaruh. Pada studi lebih lanjut hal ini dikaitkan dengan harga saham Bank ABC dan kompetitor. sehingga dengan melihat pergerakan saham saja, masyarakat mengetahui kinerja perusahaan secaa keseluruhan.
Area Kerja project ini untuk industri perbankan disarankan di Jakarta saja karena berdasarkan data mutakhir menunjukkan share dan size pasar keuangan di Indonesia secara absiolut ada di jakarta. jadi dengan melakuikan di Jakarta saja, maka hasilnya menggambarkan secara keseluruhan (nasional).
Karena hasilnya nanti akan digunakan sebagai data awal untuk melakukan brand mapping, dan brand mapping itu menyangkut brand awareness, brand association, brand perceive quality dan brand loyalthy, maka competitive mapping juga memetakan aktivitas Above the line secara secara kesleuruhan (media cetak, elektronik dan billbioard) sehingga pada brand mapping nanti akan terlihat media mana yang menjadi sumber informasi utama bagi nasabah.
Competitive mapping dilakukan secara berkala selama satu tahun penuh (disesuaikan dengan pelaporan kinerja keuangan BANK ABC kepada publik), maka competitive mapping ini dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu Tahap pertama dilakukan pada scoope seluruh bank papan atas dan dari hasilnya akan tereduksi menjadi 5 bank utama, dan aktivitas seterusnya akan mengacu ke 5 bank kompetitor utama tersebut dan dibreakdown sampai ke tingkat merek.
BRAND MAPPING
Berbeda dengan competitive mapping, maka brand mapping adalah serangkaian aktivitas untuk memetakan kompetisi merek berdasarkan persepsi user (nasabah) langsung. jadi scoope datanya adalah data Primer yang diperoleh langsung dari responden yang kriterianya kita tentukan dan responden ini harus mewakili merek-merek BANK ABC dan merek-merek kompetitor sehingga akan terpetakan secara jelas brand peformance baik secara parsial ataupun secara total untuk produk-produk perbankan.
Brand mapping ini juga mengukur seluruh aktivitas marketing yang dilakukan oleh BANK ABC ataupun kompetitor yang membentuk image nasabah sehingga menjadi dasar pengambilan keputusan untuk menggunakan sebuah produk/ merek. jika terjadi gap yang sangat besar antara brand share dan market share pada produk2 BANK ABC, maka ini mengindikasikan terjadi kesalahan strategi pemasaran secara kesluruhan dan perlu di audit kembali aktivitasnya, dan aktivitas selanjutnya mengacu pada hasil brand mapping ini.
Scoope dari kegiatan ini mengacu pada pembentukan ekuitas merek dengan mengukur brand awareness, brand perceived quality, brand association dan brand loyalthy (termasuk kepuasan nasabah) dan memetakan kembali nasabah Bank ABC dan kompetitor berdasarkan segmentasi, targeting, positioning dan image, bahkan untuk tingkat kepuasan dipetakan secara detail menjadi beberapa tingkatan, antara lain : nasabah competitor (yaitu nasabah yang sama sekali tidak menggunakan produk BANK ABC), nasabah switcher (nasabah yang menggunakan banyak produk perbankan termasuk BANK ABC, namun tidak ada satupun yang dijadikan sebagai bank utama), satisfied (nasabah yang puas dengan produk BANK ABC namun belum berfikir menjadikan BANK ABC sebagai bank utama), Habitual Buyer (Nasabah yang mulai berfikir menjadikan BANK ABC untuk produk-produk terntu saja sebagai bank utama dengan berbagai catatan), Like Brand (nasabah yang mulai menjadikan produk BANK ABC sebagai bagian dari gaya hidup, kepribadian dan bank yang mememnuhi sebagian besar espektasinya, sehingga menjadikan BANK ABC sebagai satu2nya bank untuk keseluruhan produk perbankan yang seusai dengan espektasinya) dan Committed Buyer (yaitu nasabah yang tidak hanya menjadikan Bank ABC sebagai personality brand for all product karena melebihi espektasinya atas produk-produk perbankan, dan tidak hanya itu saja nasabah tersebut selain bangga menggunakan produk BANK ABC, dia juga mereferensikan ke setiap orang, bahkan ditribution channnel yang ada untuk menggunakan produk-produk BANK ABC.
secara detail brand mapping juga akan menggali informasi tentang masing-masing attribute pada sebuah produk Bank ABC dan kompetitor dan mengarah ke total quality management for product and service.
Dengan demikian akan dapat diketahui, apakah iklan yang dipasang itu efektif di semua media, apakah keberadaan billboard itu mempengaruhi tingkat penjualan baik secara quality ataupun quantity, sehingga hasil dari riset ini secara keseluruhan dapat dijadikan patotak kinerja BANK ABC secara keseluruhan.
Untuk industry perbankan, area disarankan dilakukan di Medan, palembang, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Manado, Makassar, dan Mataram, sedangkan kota alternatif selain kota tersebut adalah Lampung, Cirebon, Solo, Malang dan Ambon) dengan responden terpilih secara booster.

STRATEGI CO-BRANDING

Teflon by Dupont. Stiker ini diantaranya menempel di peralatan rumah tangga produksi Maspion. Stiker tentu akan mengangkat citra merek dari produk buatan Sidoarjo ini, karena didampingi merek kesohor yang sudah akrab dengan sebagian konsumen. Edukasi pasar mengenai lapisan anti lengket dari DuPont ini telah gencar dilakukan sebelumnya, dan khalayak konsumen mengenal dan meyakini kualitas Teflon sebagai ingredient brand lapisan anti lengket yang dikeluarkan perusahaan ternama DuPont.
Merek Maspion sebagai pembuat finished product akan terkatrol jika memakai Teflon sebagai komponennya. Inilah salah satu bentuk co-branding antara Maspion sebagai produsen finished product dan Teflon-DuPont sebagai produsen ingedients product.
Lantas apa keuntungannya Teflon dengan sering dicantumkannya diberbagai finished product ? Tentu saja exposurenya menjadi meningkat, dan awarenessnya akan meningkat pula. Itu dari sisi awareness. Dari sisi yang lain awareness yang tinggi ini akan mendorong para produsen finished product untuk memakai produknya sekaligus melakukan co-branding sehingga dia mempunyai bargaining position karena dikenal oleh end users.
Dupont tidak hanya menjadi pemasok dari produsen finished products yang nasibnya ditentukan oleh mereka. Dengan perceived quality yang tinggi dari end users, maka akan menjadi pilihan utama bagi para produsen, sekaligus yang membuka peluang untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi dari kompetitor/pemasok yang lain. Yang lebih dulu terkenal dengan pola co-branding dengan ingredients brand adalah tata suara stereo dari Dolby.
Baru-baru ini digelar iklan yang cukup gencar oleh Polytron mengenai home theatre Minimax MX 7 yang menggunakan teknologi dari Dolby. Co-branding ini akan mengangkat brand image Polytron yang diproduksi di Jawa Tengah ini. Produk ini akan menjadi flagship brand bagi produk Polytron. Walaupun nantinya produk ini terjual tidak terlalu banyak, tetapi dapat meningkatkan perceived quality terhadap produk-produk Polytron, khususnya audio.Tetapi ingredient brand yang paling spektakuler adalah Intel dengan program co-branding-nya yang sangat terkenal : Intel Inside. Intel menyadari bahwa ia tidak menjual secara langsung kepada end users tetapi harus melalui pabrik komputer. Sehingga nasibnya tergantung kepada pabrik komputer, mau membeli produknya atau tidak.
Intel mendorong perusahaan komputer ternama seperti IBM, Compact, Gateway, dan Dell untuk memasang logo Intel Inside dalam iklannya maupun dalam kemasannya. Intel bersedia memberikan imbalan diskon 3 persen dari total pembelian jika mencantumkan dalam iklannya dan 5 persen jika para produsen komputer itu bersedia memasang dalam kemasannya. Kampanye ini dianggarkan dengan biaya tidak tanggung-tanggung, 100 juta dolar AS tiap tahun. Intel Inside ini selama 18 bulan telah terpasang dalam 90 ribu halaman yang jika dihitung kira-kira menjadi 10 milyar exposure. Hasilnya, recognition di kalangan end users meningkat pesat dari 46 persen menjadi 80 persen. Setelah kampanye itu berjalan setahun penjualan intel di seluruh dunia meningkat 63 persen.Diantara end users ini kebanyakan tidak banyak mengetahui mengenai seluk-beluk mikro prosesor. Mereka pikir jika perusahaan-perusahaan komputer terkenal seperti IBM saja mempercayakan mikro prosesornya yang sangat vital bagi sebuah komputer kepada Intel, tentu kualitasnya telah teruji. Betapa besar pengaruh perceived quality terhadap Intel, dapat terlihat bagaimana AMD berusaha mengajak para konsumen untuk berpikir rasional dengan menawarkan produk sekelas dengan selisih harga 31 sampai 39 persen.
Pengaruh ini mengarah kepada price premium sebagai keuntungan yang muncul dari brand equity. Intel juga melakukan price premiun measurement ini. Setiap minggu pewawancara di toko-toko komputer bertanya kepada pengunjung berapa besar diskon yang harus diberikan kepada sebuah komputer agar pembeli berpindah untuk membeli komputer lain tanpa label Intel Inside. Co-branding antara Intel dengan sejumlah produsen komputer terkemuka tentu mengangkat brand image Intel dan perceived quality terhadapnya, disamping edukasi pasar yang dilakukan sendiri. Pada gilirannya, perceived quality yang tinggi ini dapat pula ditransfer kepada merek komputer yang brand awareness-nya relatif rendah. Ingredient brand Intel dengan label Intel Inside-nya dapat mengangkat citra merek komputer yang tidak terlalu dikenal konsumen.
Tentu ini membuat para produsen finished product komputer memilih Intel, ketimbang memilih produk kompetitornya walaupun mungkin lebih mahal. Berbagai manfaat dapat dipetik dari strategi co-branding ini, untuk kasus Polytron dan Maspion co-branding dengan merek ternama seperti Teflon-Dupont dan Dolby memberikan jaminan bagi konsumen yang belum terlalu yakin dengan kinerja kedua merek tersebut. Konsumen enggan untuk mencoba produk baru maupun merek yang tidak mereka kenal dengan baik. Sebagai produsen produk elektronik, Polytron cukup dikenal, walaupun perceived quality masih di bawah merek Jepang. Tetapi untuk produk home theatre yang canggih, expertise-nya masih belum sepenuhnya diyakini konsumen. Proses pengambilan keputusan untuk membeli sebuah home theatre adalah tergolong high involve decision making.
Dengan melakukan co-branding dengan Dolby maka terjadi transfer perceived quality dari Dolby ke Polytron. Merek Dolby memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk ini layak untuk dicoba. Pencantuman Dolby berarti mengkomunikasikan bahwa produk Minimax MX 7 dari Polytron ini sudah berkualitas tinggi. Co-branding dengan Dolby juga memperkuat kesan iklan Minimax MX 7, karena Dolby sudah sangat terkenal. Polytron tidak perlu lagi melakukan komunikasi pemasaran untuk menonjolkan kehebatan tata suara Dolby, tetapi dapat lebih berkonsentrasi pada benefit lainnya, apakah modelnya, layanan pasca jual, konsultasi tata letak agar dapat menghasilkan tata suara yang prima dan lain-lain.Co-branding dipakai berbagai perusahaan untuk meningkatkan pengaruh dan lingkup mereknya, memasuki area atau sektor pasar yang baru. Juga dipakai menyodorkan teknologi baru, mengurangi biaya melalui skala ekonomis dan untuk penyegaran citra. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan co-branding ? Pada hakikatnya co-branding adalah suatu bentuk kerjasama diantara dua merek atau lebih, memanfaatkan brand awareness kedua belah pihak dan nama merek masing-masing masih dipakai.
Biasanya, menurut Blackett & Russel masa kerjasama co-branding ini berada diantara jangka menengah sampai jangka panjang, dan jika belum cukup alasan untuk melakukan merek baru atau joint venture secara legal.Dalam kasus Polytron jenis co-branding yang dipakai adalah ingredient co-branding. Masih menurut Blackett dan Russel terdapat tiga bentuk co-branding lainnya, yaitu rich awareness co-branding, values endorsement co-branding, complementary competence co-branding. Dalam rich awareness co-branding keterlibatan kedua belah pihak dan penciptaan nilai yang dihasilkan relatif rendah, dan tujuan intinya adalah untuk meningkatkan exposure kepada masing-masing basis pelanggan untuk meningkatkan brand awareness.
Dalam values endorsement co-branding dilakukan kerjasama khusus untuk menjadi endorsement nilai merek sehingga kedua mitra dapat memperkuat reputasi mereknya. Dalam complementary competence co-branding, dua merek yang komplementer bergabung untuk memproduksi sebuah produk yang pada intinya bukan sekedar menjumlahkan kedua bagian tetapi masing-masing mitra mempunyai komitmen untuk memilih kompetensi intinya agar tercipta produk yang unggul.
Bagi sebagian perusahaan manfaat co-branding lebih bersifat taktis yang tujuannya untuk memanfaatkan kapabilitas reputasi mitra untuk memasuki suatu pasar baru dan secara bersama-sama meningkatkan pemasukan. Bagi perusahaan yang lain co-branding lebih bersifat permanen, khususnya di sektor industri teknologi tinggi yang membutuhkan investasi yang besar.

NYAWA HIDUPKU

Angin malam berhembus,
lirih dingin menyapa
Coba merasakan,
semilir kehadiranmu

Tuhan kutanya cinta
kemana arah dan tujuannya
Bilamemang berpisah,
mengapa maut yang pisahkan
Aku memujimu hingga jauh,
terdengar syahdu diangkasa
Ritihan hatiku memanggilmu,
dapatkah kau dengar nyawa hidupku
Runtuh jiwa ragaku, hancur berkeping-keping
tangan dan kaki tiada berpijak lagi di bumi lagi
Kau menelanjangi diriku selalu
lewat indahnya peluk kasih
Merangkul kalbu yang membelenggu
dan kini tinggalkanmu
ADA BAND

Politik Kemiskinan dan Strategi Pemiskinan

Dalam dua pekan terakhir ini seorang teman saya sangat sibuk mengikuti rapat-rapat dengan BPH Migas untuk membicarakan berbagai kajian dan persiapan untuk pemberlakukan pembatasan penggunaan BBM yang menurut rencana akan efektif diterapkan pada bulan Juni tahun ini. Kebijakan baru pemerintah berupa pembatasan penggunaan BBM untuk kendaraan sebesar 10 liter per mobil per hari dan setiap kelebihan penggunaan akan dikenakan tarif tanpa subsidi dengan harga Rp 7.500,-/liter. Menurut pemerintah kebijakan ini diambil sebagai tindakan subtitusi/pengalihan subsidi BBM sebesar Rp 10 Triliun untuk mengendalikan harga pangan yang cenderung terus melambung.
Jika ditilik lebih dalam dengan mencermati perilaku pemerintah dibawah komando Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla dalam membangun perekonomian bangsa ini, hampir terlihat kinerja yang sama sekali tidak populer, gemar menaikkan harga dan berorientasi jangka pendek. Dan inline dengan hal itu, dalam berbagai catatan saya berani menduga bahwa pemerintah yang berkuasa saat ini merupakan pemerintah yang paling tidak populer dibandingkan presiden-presiden terdahulu, Soekarno, Soeharto, Habibie, Abdurahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri. Bahkan jika dibandingkan dengan pemerintahan orde baru sekalipun, maka sangat bisa dikatakan tidak terbandingkan!. Dimasa Soeharto berkuasa, terlepas dari apapun yang beliau lakukan, hampir semua orang terutama rakyat yang pernah merasakan hidup dibawah pemerintahan beliau selama 32 tahun sepakat, bahwa dimasa itu kemakmuran dari berbagai sisi sangat terasa, harga-harga sangat terkendali, keamanan begitu terjaga, bahkan negri kita pernah dinyakan sebagai salah satu negeri paling aman di dunia, disamping memperoleh penghargaan dari FAO sebagai negara yang mampu menghidupi dan mencukupi kebutuhan pangannya sendiri. Luar biasa bukan? Dimasa ini, dimasa pemerintahan yang dipilih melalui pemilu yang paling demokratis sepanjang sejarah bangsa negeri ini, kita bertubi tubi didera kenaikan berbagai macam harga, terutama pangan dan bahan bakar. Kebijakkan pemerintah yang membuat rakyat untuk menggunakan elpiji juga bagaikan perngkap yang semakin memiskinkan, walau tidak sepenuhnya dapat dikatakan gagal. Apalagi seiring dengan munculnya rencana untuk menaikkan harga elpiji oleh pertamina dan listrik oleh PLN. Maka mungkin bisa diterima bahwa jumlah orang miskin di negeri kita akan semakin banyak dan meningkat. Apakah ini adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah demokrasi? Atau apakah ini adalah bagian dari konsekuensi yang harus kita tanggung karena memilih secara demokratis? Kalau memang benar, maka harga yang harus kita bayar sungguh mahal! Bahkan terlalu mahal!
Berdasarkan laporan yang snagat dapat dipercaya, yang kemudian banyak dirilis oleh berbagai sumber baik media cetak maupun elektronik menyatakan bahwa hingga tahun 2008 hutang perkapita penduduk Indonesia sebesar IDR 5.000.000,-/orang. Jika penduduk Indonesia hingga tahun 2008 sebesar 220 Juta, maka besar hutang bangsa ini kepada bangsa lain sebesar IDR 1.100 Triliun! namun jika dikaji lebih jauh lebih jauh dengan memasukkan komponen hutang masyarakat kepada berbagai perusahaan asing sebagai akibat dari fenomena kredit kendaraan bermotor, kredit rumah, akumulasi penggunaan kartu kredit, kredit tanpa agunan dll sebagai variable dari hutang, maka nilainya tentu akan berlipat lipat. Merupakan sebuah fenomena dan merupakan kenyataan yang terpapar jelas mendekati kebenaran bahwa selain memiliki beban hutang perkapita akibat ulah negara' maka hampir sulit mencari manusia indonesia yang tidak berhutang akibat 'ulah sendiri'
Pemerintah saat ini pun cenderung menutup mata dengan kondisi yang ada, dengan mencari pembenaran-pembenaran atas kebiijakan yang mencekik itu, dengan mengatasnamakan rakyat yang dulu memilih pemimpin secara demokratis. Lalu apa yang dengan negeri ini? Kenapa harga beras, terigu, kedelai, BBM, elpiji, minyak tanah, minyak kelapa, dll meroket tak terkendali? Apa saja kerja pemerintah ini? Apakah sebgitu mahalkan harga yang harus dibayar rakyat sebagai konsekuensi memilih seorang pemimpin seperti saat ini? Jika harga yang naik itu hanya terigu, atau jagung, atau kedelai dan kebutuhan sekunder lainnya maka hal ini masih bisa dimengerti. Akan tetapi lain halnya namun pemerintah menaikkan harga BBM, elpiji dan minyak tanah yang memiliki efek multiplier terhadap seluruh sendi kehidupan maka mungkin sungguh keterlaluan!
Kenaikan harga bahan bakar akan memicu kenaikan harga-harga diseluruh sektor terutama barang dan jasa. Kenaikan harga BBM akan meningkatkan biaya industri dalam negeri yang berakibat pada kenaikan harga-harga secara signifikan, yang berakibat pada penurunan daya beli masyarakat pada jangka pendek dan penurunan kualitas hidup masyarakat (kemiskinan) pada jangka panjang. Jika ditambah dengan penghapusan subsidi minyak tanah sebagai strategi untuk memaksa masyarakat kelas menengah kebawah menggunakan elpiji dan kemudian ternyata elpiji tersebut langka dipasaran dan juga harganya melambung, lalu apa namanya kalau tidak dinamakan sebagai strategi pemiskinan masyarakat.
Wakil presiden kita cenderung menggunakan data BPS peningkatan pertumbuhan masyarakat (dalam persen) sebagai indikator dan berkali-kali menyatakan tanpa beban bahwa merupakan sebuah kebohongan jika jumlah orang miskin semakin meningkat karena diatas kertas memang terjadi peningkatan pendapatan masyarakat (dalam persen). Namun jika pemerintah sedikit mau berkaca dan sedikit jujur mengakui, maka sesungguhnya memang angka kemiskinan di negeri ini cenderung meningkat. Apa buktinya? Cobalah kita telaah bukti-bukti real yang ada di depan mata kita. Kenaikan harga-harga secara parsial secara absolout tentunya akan meningkatkan pengeluaran masyarakat dan menurunnya daya beli terutama untuk kebutuhan primer (sembako), apalagi barang sekunder. Namun sayangnya kegemaran pemerintah kita menaikkan harga-harga barang strategis tadi tidak diikuti dengan kemampuan meningkatkan indikator-indikator kesejahteraan masyarakat. Jadi apalah artinya jika pendapatan masyarakat meningkat secara kuantitatif, namun secara kualitatif ternyata menurun karena faktanya peningkatan pendapatan itu jauh lebih rendah daripada inflasi?
Masyarakat sebenarnya menjadi tumbal dari sebuah demokrasi dan semua kemunduran ekonomi tersebut diberlakukan atas nama rakyat! Cobalah menoleh sejenak aktivitas pemerintahan kita yang memang melakukan berbagai kebijakan yang sifatnya jangka pendek dan kalaupun populis hanyalah terpapar seumur pemerintahan. Kita tidak pernah mau membuka mata untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut secara komprehensif. Ibaratnya pemerintah terus-terusan mengepel lantai yang basah akibat atap rumah yang bocor, dan terus mengepel tanpa mau memperbaiki atap yang bocor tersebut menjadi permanen.
Negeri ini adalah negeri yang subur dan makmur, namun anehnya kita adalah negara pengimpor pangan terbesar di dunia. Beras yang kita makan, kedelai yang selama ini diolah menjadi tempe dan tahu bahkan susu kedelai, gandum, dan lainnya semuanya adalah produk impor. Dan beras yang kita impor itu berasal dari negara yang luasnya hanya seperdelapan dari luasnya negeri kita, namun penduduknya sepertiga dari penduduk kita, Vietnam! Hampir tak ada produk yang kita hasilkan kecuali puas menjadi negara pengimpor terbesar di dunia. Kalaupun ada yang kita ekspor produknya adalah manusia yang kemudian menjadi pembantu di negeri orang, diperkosa, diperhinakan bahkan terbunuh sia-sia sebagai pahlawan devisa. Padahal jika kita mau memaksimalkan pemanfaatan lahan-lahan pertanian, memberlakukan peraturan pembatasan kepemilikan tanah untuk menghindari penguasaan tanah yang membabi buta sehingga tidak produktif, membuat peraturan penetapan harga pangan produksi dalam negeri yang memihak pada petani, dan lain-lainnya maka berjuta-juta lapangan kerja bisa diciptakan, dan jika pemerintah bisa melakukan ini dengan memberdayakan berbagai lembaga penelitian untuk menghasilkan varietas unggul pertanian, yang nantinya akan menghasilkan produk berkualitas tinggi, kuantitas produksinya berlipat dan masa panennya pendek.
Demikianpun dengan minyak bumi, kita adalah negara penghasil minyak dengan produksi berjuta barel per harinya. Dalam logika berfikir tentunya sebagai negara pengeskpor minyak jika terjadi kenaikan harga minyak dunia, seharusnya kita bertambah kaya seperti Venezuela, namun kenyataannya lebih dari separo kekayaan minyak kita dieksplorasi oleh asing seperti exxonmobile dan caltex dan sebagian besar bahkan seluruhnya diangkut ke negaranya. Dan sebagian kecil yang dikelola oleh pertamina menurut pembicaraan yang luas diekpor kenegara yang mampu mengolah minyak mentah menjadi bahan bakar siap pakai dan kemudian kita impor kembali. Bukankah ini sesuatu yang tragis?
Kita memiliki begitu besar sumber daya alam dan sumberdaya manusia. Idealnya sumberdaya manusia sebagai anak bangsa seharusnya dipersiapkan untuk menguasai teknologi yang bisa mengolah minyak tadi. Jika pemerintah mau konsisten dengan betul-betul mengalokasikan 20% dari APBN untuk pendidikan, maka pendidikan kita akan maju, menghasilkan tenaga-tenaga terdidik, terampil dan memiliki tanggung jawab moral sebagai anak bangsa. Namun sepertinya kita lebih senang negeri yang kaya ini dikelola oleh bangsa lain dan kita hanya mendapat hasil bagi hasil!
Jika saja alasan mendapatkan subtitusi dana subsidi sebesar 10 Triliun bisa dibenarkan, dan andai saja pemerintah bisa lebih concern menerapkan pengelolaan pemerintah yang bersih (good governance) maka sebenarnya hal ini tidak perlu menjadi alasan buat pemerintah untuk dijadikan pembenaran. Lupakanlah kasus-kasus korupsi yang merenggut bangsa ini, lupakan yang lain-lainnya, cukup dengan berupaya mengembalikan dana BLBI yang ratusan triliun itu maka pemerintah btidak perlu lagi menaikkan harga minyak selama 10 tahun! Dan selama 10 tahun paling kita bisa membuat masyarakat kita lebih tenang dan bisa tertidur pulas serta dapat melanjutkan hidup tanpa ada kekhawatiran besok harga akan naik dan kemudia mereka berspekulasi membeli dalam jumlah banyak, atau menimbun barang!
Tapi apapun kejadiannya, mungkin ini adalah resiko yang akan menjadi bagian dari perjalanan bangsa ini, dan sebagai bangsa yang baik, kita harus tetap mendukung pemerintah ini dengan terus berpacu memberikan kontribusi bagi bangsa yang begitu kita cintai ini. Saya sungguh sangat yakin, generasi nanti akan lebih mampu menjawab berbagai tantangan dimasa nanti, mengelola sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya teknologi, menciptakan lapangan kerja, menghapus kemiskinan dan memakmurkan bangsa ini menjadi bangsa yang gemah ripah lo jinawi!
Dimuat pada Harian Nasional Edisi 1 Mei 2008

Tinggal Kenangan

Pernah ada rasa cinta
antara kita kini tinggal kenangan
ingin ku lupakan semua tentang dirimu
namun tak lagi kan seperti dirimu
oh bintangku
jauh kau pergi meninggalkan diriku

disini ku merindukan dirimu
kini ku coba mencari penggantimu
namun tak lagi kan seperti dirimu
oh kekasih

Brand Management & Strategy Consistency

Brand management ternyata mempunyai aspek yang luas, mungkin lebih luas dari dugaan kita. Cerita dari bagian General Affairs di kantor kami dapat menggambarkan salah satu sudut pengelolaan merek, yang sering terluput dari perhatian kita. Bagian pembelian kantor kami dahulu berlangganan sebuah merek AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) “terkenal”, karena merasa sangat yakin terhadap kualitasnya walaupun harganya lebih mahal daripada merek lainnya. Benefit yang diperoleh dianggap lebih tinggi daripada pengorbanan uang (monetary sacrifice), sehingga perceived valuenya tinggi dan muncul keputusan untuk memilihnya.

Selama berlangganan kualitas produknya tidak pernah menimbulkan keluhan dan sesuai dengan harapan. Harapan yang terbentuk oleh brand image – bahwa AMDK tersebut melalui proses pengelolaan yang higienis dan terjaga kualitasnya – terpenuhi sehingga kepuasan terhadap produk tinggi. Ingat, konsumen sebenarnya tidak melakukan pengujian kualitas dalam arti yang sesungguhnya, tetapi lebih berdasarkan opini mereka, alias berdasarkan perceived quality.

Namun tidak demikian dengan kualitas layanannya. Para pengirimnya tampak ogah-ogahan karena harus menaikkan ke kantor kami yang pada waktu itu berada di lantai sebelas. Beberapa lama kemudian pasokan dari mereka mulai mengalami keterlambatan, sehingga bagian general affairs kelabakan dan harus membeli AMDK botol untuk mengatasinya. Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dan puncaknya terjadi ketika ada karyawan penagihan perusahan itu ‘menilep’ beberapa galon, dengan menagih lebih dari pembelian yang seharusnya.

Tentu ini sangat mengecewakan, dan bagian GA pun memutuskan pindah ke merek lain, sebuah merek yang ‘tidak terkenal’, dengan harapan karena pelanggannya sedikit mereka dapat lebih care terhadap pelanggan. Dan ternyata benar, perusahaan kecil yang mereknya tidak terkenal ini dapat memberikan layanan yang lebih baik, dan tidak pernah sekalipun terlambat.

Tetapi apa yang terjadi beberapa tahun kemudian ? Ketika ruang meeting diberi dispenser agar para peserta meeting langsung bisa menyeduh sendiri minumannya, merek AMDK yang ‘tidak terkenal’ ini digusur karena kurang bergengsi, kurang representif untuk ‘mejeng’ di depan tamu alias tidak memiliki brand image yang layak. Bagian GA pun akhirnya kembali kepada merek ‘terkenal’ dengan harapan layanannya sudah membaik, apalagi menurut informasi telah terjadi pembenahan manajemen.

Dari cerita di atas kita dapat menarik dua hal, yaitu merek terkenal – tapi layanannya kurang bagus - dan kedua merek “tidak terkenal” yang layanannya bagus, tapi kurang memiliki brand awareness..

Sebagai pemilik merek “terkenal“ yang memiliki brand image yang bagus, mereka dapat menjual dengan harga premium (premium price) dan menarik manfaat price premium sebagai bagian dari brand equity. Price premium adalah ambang batas selisih harga, sebuah titik ketika konsumen merasakan selisih harga tetentu akan mengubah keputusannya dan berpindah ke merek lain yang lebih murah. Misalnya, Intel selalu melakukan price premium measurement ini. Setiap minggu pewawancara Intel mendatangi toko-toko komputer untuk menanyai pengunjung berapa besar diskon yang harus diberikan kepada sebuah komputer agar pembeli berpindah untuk membeli komputer lain tanpa label "Intel Inside". Kita tahu, AMD sebagai kompetitor terberat Intel menawarkan harga yang lebih murah hingga 39 persen. Dengan harga lebih tinggi dari kompetitor karena ‘kesaktian merek’ pemilik merek yang kuat, mempunyai potensi untuk mengeruk laba yang lebih tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanannya.

Sayang sebagai pemilik merek AMDK terkenal mereka kurang berhasil membangun brand-customer relationship yang baik. Padahal di sinilah proses pemeliharaan hubungan dengan pelanggan, agar pelanggan tidak lari kepada kompetitor. Seperti kasus AMDK ini, ketidakpuasan konsumen bukan terhadap produknya, tetapi lebih kepada layanan dalam menghantarkan value kepada pelanggan. Dalam menyediakan layanan ini, ‘mesin produksinya‘ adalah manusia dan ‘produknya’ adalah perilaku dalam berhubungan dengan para pelanggan. Jadi sangat tergantung bagiamana mengelola manusia agar dapat ‘memproduksi’ perilaku tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Yang ‘dijual’ bukan hanya air dalam botol saja, tetapi juga menjual sejumlah ‘perilaku’ yang disebut layanan pendukung.

Disinilah letak pendekatan holistik dalam pengelolaan merek mesti diletakkan. Mengelola merek bukan masalah iklan doang, atau masalah komunikasi pemasaran belaka. Di belakang brand image yang telah dibentuk dengan susah payah melalui kegiatan komunikasi pemasaran, harus ada ‘pasukan’ yang kompak bertindak seia-sekata dalam memenuhi janji yang telah melekat di benak konsumen. Sebuah bentuk komunikasi ‘nyata’ berupa interaksi dalam memenuhi harapan konsumen. Sistem kerja lintas fungsional harus berjalan untuk mendukung brand-customer relationship. Dan sebagai konsekuensi dari pendekatan lintas fungsional tersebut harus disertai konsistensi yang tinggi, sehingga anggota organisasi tidak melakukan berdasar interpretasinya sendiri-sendiri. Apalagi berdasar kepentingannya sendiri-sendiri yang dapat merusak brand image yang terbentuk.

Pada kasus merek ‘tidak terkenal’ yang mempunyai kualitas layanan baik, unsur komunikasi pemasaran menjadi kelemahannya. Seberapa bagus kualitas produk dan layannya, jika tidak disertai komunikasi pemasaran yang bagus, upaya ini menjadi sia-sia. Komunikasi kepada kepada para pelanggan harus bulat, sehingga para pelanggan juga menerima secara bulat. Inilah yang disebut sebagai strategic consistency, seperti pernah dilakukan Pepsi dalam Project's Blue untuk memerangi ketidakkonsistenan. Gerakan "its image is all over the map" bertujuan menyeragamkan warna dan nada Pepsi yang beragam.

Dalam pelaksanaannya, strategic consistency harus dilandasi oleh budaya perusahaan yang berlandaskan falsafah customer driven. Dalam budaya perusahaan tertuang nilai-nilai yang menyatukan gerak anggota organisasi, sehingga secara konsisten akan membawa dampak pada product & services performance.

Sunyi

Serasa pernah ku kenal gunung-gunung ini, Juga paras danau yang tepinya tak kelihatan, Sangat lajunya sekunar berkejaran, semuanya mengacu padaku dan sampai pada jamahan tak berupa hidupnya perasaanku hari ini, tapi hidupku tak hidup disini....

Ketekunan yang Langka

terpujilah wahai engkau Ibu Bapak Guru
namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
SEORANG dosen kembali dari Tokyo membawa gelar Magister Sains Genetika Ikan. Ia melapor akan keberhasilannya itu. Yang ditanyakan rektornya ialah apa yang membuatnya terkesan dengan program pendidikan pascasarjana di Jepang. Maka ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Katanya, seumur-umurnya baru pada ketika itu ia selama bangun hanya memikirkan dan berbicara tentang ikan atau tentang genetika atau tentang genetika ikan. Pagi hari ketika sarapan ia berbincang dengan kawan sekerjanya tentang perilaku ikan. Di dalam laboratorium ia diajak berdiskusi mengenai DNA oleh dosennya, dan sewaktu makan siang di sela-sela memotong-motong filet tongkol, ia berbincang tentang daerah penangkapan tongkol di daerah Kepulauan Aru. Malam harinya sewaktu tidur, ia bermimpi tentang ikan. Tidak diceritakannya apakah sebelum bermimpi mengenai ikan itu keesokan harinya ia menang undian berhadian (karena ada satu mitos jika mimpi mendapatkan ikan akan ketiban rejeki).
Kemudian lagi rektornya bertanya kepadanya peristiwa apa yang paling mengagetkan yang diha-dapinya di kampus asalnya sewaktu ia kembali mengajar. Ternyata ia terkejut sekali ketika melihat warga kampus sewaktu sedang beristirahat tidak berbincang mengenai ilmu yang harus ditekuni-nya, melainkan mengenai upaya mengokohkan iman dan bagaimana caranya berperilaku sesuai dengan iman mereka masing-masing.
Tidak ada lagi yang mereka perbincangkan selain bagaimana caranya mendukung perjuangan umat yang seiman. Kalau pun ada bedah buku di antara sesama mahasiswa, maka pokok bahasan bedah buku itu menyangkut masalah yang ada di luar jangkauan, seperti misalnya di Palestina atau Bosnia. Masalah yang kalau hanya dibicarakan tidak ada selesai-selesainya.
Ini mengingatkan rektornya akan peristiwa seorang anggota tim olimpiade matematika interna-sional asal Denmark berbincang-bincang dengan anggota tim dari Norwegia tentang penyelesaian sebuah masalah matematika yang memerlukan pengetahuan tentang teori medan Galois. Percakap-an itu mereka lakukan ketika sedang berpesiar dengan kapal di Laut Bosporus.
Apa yang dilakukan di Jepang dan Laut Bosporus itu adalah teladan tentang ketekunan yang diungkapkan ilmuwan biologi dan calon ilmuwan matematika ketika mereka sudah bertekad memilih bidang ilmu itu sebagai perhatian pokok dalam perjalanan hidup mereka. Hasilnya adalah bahwa mereka akhirnya mendalami benar bidang ilmu genetika atau matematika itu dan bukan hanya sekadar pengetahuan tipe-tipe sosial.
Beberapa waktu lalu biologiawan IPB mendapatkan penghargaan akademik dari suatu yayasan. Untuk itu ia diberi tunjangan penelitian kira- kira 40.000 dolar AS. Orang ini dikenal sangat menekuni bidang ilmunya. Demikian pula ada seorang dosen yang mendapat hadiah penelitian dalam bidang ilmu serangga dan lingkungan. Ia juga selalu tekun bekerja dalam bidang ilmunya sendiri. Sama halnya dengan dosen Fakultas Peternakan Unsoed yang di Australia menemukan cara penyimpanan mani beku sapi di dalam tabung sedotan yang terbuat dari plastik setelah usahanya berkali-kali gagal. Untuk itu ia menerima hadiah medali emas penelitian Yayasan Hewlett-Packard.
Ketekunan ketiganya itu tentu saja didampingi oleh kalayak akademik yang tinggi. Namun kalayak akademik yang tinggi saja belum cukup untuk membuahkan hasil penelitian yang cemerlang. Diperlukan kreativitas dan ketekunan melakukan tugas yang tinggi. Ketiga ciri ini yang seharusnya dimiliki oleh orang berbakat yang pekerjaannya adalah menciptakan pengetahuan baru dan atau memperbaiki manfaat suatu pengetahuan.
Apakah di masyarakat akademik perguruan tinggi kita suasana ketekunan dan kesetiaan menangani tugas itu ada atau tidak ada, dapat dirangkum dari poster-poster yang ditempelkan di mana saja di dalam kampus yang dapat dilekati kertas. Sayang sekali, pengumuman yang memenuhi dinding kampus bukan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan ilmu yang ditekuninya, melain-kan mengenai siraman rohani, bedah buku tentang solidaritas Palestina dan berbagai diskusi mengenai berbagai kebobrokan yang terjadi di tanah air.
Tidak ada gagasan-gagasan ilmiah dalam bidang ilmu tertentu yang diperbicangkan. Tentu saja kita harus peduli mengenai pemeliharaan iman, solidaritas keimanan hingga aplikasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Namun kalau yang ditangani hanya itu saja, tidak perlu susah-susah belajar di perguruan tinggi, kecuali kalau kita hanya bermaksud mendapatkan gelar dan ijasah saja, bukan kemampuan dan keahliannya. Jika hanya itu yang kita inginkan, lebih baik mengikuti ujian persamaan B.Sc, M.Sc, Ph.D dan MBA di berbagai yayasan "gombal".
Bagaimana lulusan perguruan tinggi di Indonesia dapat mengimbangi kemampuan akademik lulusan perguruan tinggi yang sudah mapan di negara maju kalau yang ditekuninya selama belajar di perguruan tinggi bukanlah bidang ilmunya sendiri. Apakah dengan "kematangan bermasyarakat" dengan berkonsentrasi penuh ke kegiatan ekstra kurikuler kita mampu menjadi ilmuwan bertaraf internasional? Melalui media internet saya pernah diserang habis-habisan ketika yang menjadi pemenang medali perunggu pada olimpiade matematika tingkat Asia Pasifik dan olimpiade matematika internasional hanyalah siswa SMU yang bertapak di Jawa. Ketika itu saya dituduh mendiskriminasikan mereka yang berasal dari Luar Jawa. Hujatan itu memang pantas muncul di zaman reformasi seperti sekarang. Namun seharusnya penghujat yang notabene mahasiswa pascasarjana matematika itu mesti menggunakan nalarnya dan bukan pemikiran dengkulnya.
Peraih medali perunggu itu ternyata adalah siswa-siswa yang dengan kecintaan menekuni matem-atika dan kebanyakan dari mereka berasal dari sekolah-sekolah yang diselenggarakan masyarakat (swasta), bukan dari sekolah yang diselenggarakan negara (negeri). Atau kalau ia berasal dari sekolah yang diselenggarakan negara, lingkungan keluarganya adalah lingkungan yang menghargai ketekunan kerja. Siapa mereka itu? Boleh ditebak sendiri, lingkungan keluarga yang mana yang dapat membedakan kapan harus menekuni pelajaran tentang keimanan dan ilmu naqliah dan kapan lagi harus tekun menuntut ilmu aqliah.
Karena itu, hendaknya semua orang yang sedang belajar apa saja, untuk tekun mempelajari apa yang seharusnya dipelajarinya agar mendapatkan kelayakan profesional di dalam bidang yang diminatinya. Jangan terjerumus ke zaman Firaun, ketika seleksi menjadi ahli bedah otak dilakukan dengan cara berendam semalam suntuk di Sungai Nil. Jangan juga terjerumus ke keadaan di Pakistan, ketika seorang Ph.D Fisika Nuklir lulusan MIT AS melamar menjadi tenaga akademik. Pertanyaan penguji bukan hal-hal yang pelik mengenai dentuman besar (big bang). Sederhana saja, namun cukup mengejutkan karena Doktor Fisika itu diminta melafalkan Doa Qunut. Jika ia tidak hafal doa Qunut, maka pastilah ia seorang Wahabi.
Mari kita renungkan, apa saja yang dapat kita perbaiki mengenai kehidupan akademik di kampus, baik oleh tenaga akademik, tenaga administrasi maupun mahasiswa. Jika mahasiswa berlaku seperti itu, seharusnya tenaga akademiknya merasa bersalah, karena hal itu pertanda bahwa tenaga akademik belum dapat membawakan suasana akademik ke dalam kampus, termasuk membawa mahasiswanya ke suasana ingin mengetahui.
Pernah seorang dewan penyantun suatu universitas besar di Jakarta yang diselenggarakan masyarakat bertanya pada saya, universitas apa di Indonesia yang suasana akademiknya sudah menyamai suatu universitas penelitian. Jawab saya dengan tegas, belum ada. Dan ketika ia menanyakan alasannya, saya katakan bahwa di kampus saat ini banyak mahasiswa termasuk juga mahasiswa pascasarjana serta dosen hanya menghadiri seminar karena harus menandatangani daftar hadir. Kalau kurang tandatangan di daftar hadir, ada kemungkinan ia tidak boleh ikut ujian atau kredit kenaikan pangkatnya tidak cukup. Kalau begitu halnya, di kampus kita orang hadir di seminar bukan karena ingin tahu lebih banyak, melainkan karena takut tidak lulus ujian atau tidak naik pangkat.
Pustaka :
Andi Hakim Nasoetion. 1997. Ketekunan yang langka. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Antusiasme bisa mengubah kemampuan yang biasa-biasa saja menjadi hasil yang luar biasa

Mensyukuri Hari ini, Melukis Masa Depan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bapak/Ibu, para orang tua, keluarga dan rekan-rekan civitas akademika IPB,
Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya berdiri disini, di depan almamater dengan segala kebanggaan yang ada, yang saya miliki. Merupakan sebuah anugerah yang tiada berhingga menjadi bagian dari sebuah komunitas intelektual, yang dilahirkan dari sebuah institusi yang memiliki nama besar dan pengaruh yang besar di negeri yang besar.
Masih segar dalam ingatan, atas segala yang pernah terjadi di kampus ini, mendengar celotehan tentang perkembangan ilmu dan pengetahuan dari para pengajar di ruang kelas, belajar bersama rekan-rekan sejawat dan canda tawa yang telah memberi begitu banyak warna dalam kerindangan berfikir. Dan kita bisa mengukir setiap kenangan itu di dasar hati sebagai kenang-kenangan hidup, yang tak akan lekang oleh waktu, terhapus oleh zaman.
Apapun yang terjadi nanti, kita harus mensyukuri hari ini, hari yang begitu berarti. Dan sejarah akan mencatat bahwa pada hari ini, almamater ini telah melahirkan manusia-manusia dari masa depan, yang akan mengubah dunia ke arah yang lebih baik.Kita, baik dimasa ini ataupun nanti adalah bagian dari zaman dan peradaban. Sudah semestinya kita harus menjadi generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya, sehingga generasi berikutnya yang kita hasilkan nanti, akan jauh lebih baik lagi.
Dengan demikian kita harus berusaha dan bekerja keras dengan segala kesungguhan hati mulai hari inhi, agar generasi-generasi nanti dapat mewujudkan cita-cita besar kita kelak, menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan di segani oleh semua penghuni bumi di segala penjuru negeri.Walau kita sadari, memulai itu bukanlah hal yang mudah, namun dengan kerja keras dan tekad yang bulat, tidak ada yang tidak mungkin.
Waktu akan terus berlalu, kita akan berpacu mengejar masa depan, tanpa kompromi. Harus kita akui, bahwa kita tidak akan pernah bisa mengubah masa lalu, namun kita bisa melukis masa depan, dengan tinta ilmu dan kuas pengetahuan pada kanvas kehidupan.
Saya teringat pada sebuah hadist Rasulullah, “Jika kita ingin beroleh kebahagiaan di dunia hanya dengan ilmu, jika kita ingin beroleh kebahagiaan di akhirat hanya dengan ilmu, dan jika kita ingin bahagia di keduanya (dunia dan akhirat) maka hanya dengan ilmu”.
Dan saya teringat pada sebuah kata bijak dari seorang guru besar, yang selalu ada dalam ingatan, Prof Dr Andi Hakim Nasoetion. “ Jika masing-masing orang memiliki masing-masing satu apel dan dipertukarkan, maka masing-masing orang hanya akan tetap mendapatkan satu apel. Namun jika masing-masing orang memilki masing-masing satu ide dan dipertukarkan, maka akan menghasilkan sesuatu yang sungguh besar dan luar biasa”.
Untuk itu saya mengajak kepada kita dan semua yang hadir disini, untuk mengedepankan ilmu dan pengetahuan dalam segala hal, yang terjadi pada masa kini, besok dan nanti.

Terima kasih yang begitu dalam, saya haturkan kepada :·

  • ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya, bagi kita semua, dan yang telah memberikan pengetahuan. Semoga dia mempertautkan hati-hati kita dalam silaturahmi.·
  • Ayahanda dan Ibunda, atas segala pengobanan, atas dukungan tiada hingga, atas doa-doa yang terlantun sepanjang malam, yang telah menjaga kami selama ini dan mengantarkan kami menjadi manusia yang berguna. Semoga ALLAH memanjangkan umur dan melimpahkan kebahagiaan tak berhingga kepada mereka dengan segala kemuliaan. Dan semoga ALLAH memberi waktu kepada kita, membahagiakan mereka di umur yang tersisa.·
  • Adik-adik kami, atas segala pengertian dan dukungan selama ini. Semoga kecintaan ini akan menjadikan kalian manusia –manusia yang berguna kelak, memiliki budi pekerti, menjadi kebanggan bagi keluarga, agama dan bangsa.·
  • Guru-guru kami, atas ilmu yang diberikan, ilmu yang telah mengantarkan kami menjadi manusia yang berilmu. Kami berjanji akan mengabdikan ilmu ini pada kehidupan dan kemaslahatan hidup. Tak ada yang bisa kami balaskan, kecuali Surga dari ALLAH.·
  • Rekan-rekan sejawat, atas segala kebersamaan selama ini. Kalian adalah inspirasi hidup terbesar dalam hidup saya.·
  • Supir-supir angkot yang telah mengantarkan kami setiap pagi ke kampus ini menimba ilmu. ·
  • Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.Semoga ALLAH memberkati kita semua.

Akhirul kalam,

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tulisan ini merupakan pidato salah satu lulusan terbaik IPB, sebagai wakil dari para wisudawan, pada tanggal 22 Februari 2006 di Graha Widya Wisuda Kampus IPB darmaga.

Ujaran dari Hati

Adikku Jupiter,
Sejujurnya harus saya akui, bahwa kamu adalah anak yang baik. Bisa memberikanmu sedikit arti sudah merupakan sebuah anugerah bagi saya dan juga bagi orang-orang yang selama ini selalu ada untukmu. Sabarlah jalani hidup ini, dan percayalah pada suatu masa kelak, kamu akan dapat lewati semua cobaan ini dan menjadi orang seperti yang kamu harapkan. Jangan pernah menyesali semua ini karena seharusnya kamu bangga, karena kamu sungguh-sungguh anak yang baik. Jika Tuhan berkenan memberikan saya seorang putera nanti, saya ingin dia sepertimu, cerdas, kuat, tabah, mencintai keluarga dan mencintai ALLAH karena selalu bersyukurKamu pun telah memberikan inspirasi kepada begitu banyak orang, terutama saya tentang bagaimana menyikapi hidup.
Hati kamu sungguh mulia dan kamu adalah anak yang berjiwa besar. saya sungguh yakin ALLAH akan mengumpulkan kalian semua sekeluarga di surga, dan nikmati kebahagiaan sejati.Jika ada waktu ke Palembang, saya pastui akan menemuimu.
Salam hormat buat Ibumu dan kedua adikmu.
Salam

Surat dari Langit

Kak Refrinal,
Semoga kakak senantiasa dalam keadaan sehat,tak kurang suatu apa, dalam lindungan dan Kasih sayang ALLAH. Sebelumnya Jupe minta maaf karena baru kali ini mengirimkan kakak khabar. Jupe ingin sekali mengucapkan terima kasih secara langsung, namun karena keterbatasan waktu dan fasilitas yang jauh untuk mengirimkan email ini, maka baru kali ini Jupe sempat hubungi kakak. Sekali lagi Jupe minta maaf.
Jupe sungguh terharu dengan segala yang telah kakak lakukan pada Jupe dan Keluarga Jupe. Kami seperti diberi anugerah yang sangat besar, mengenal seseorang seperti kakak, padahal kami bukan siapa-siapa, dan Jupe hanyalah seorang Mahasiswa kakak yang tak bisa menyelesaikan kuliah namun masih berharap bisa berlari mengejar ketertinggalan jika Tuhan masih memberi waktu dan kesempatan.
Jupe selalu ingat kata kakak, bahwa masa depan itu bukanlah takdir karena sangat bergantung pada apa usaha dan apa yang kita lakukan saat ini. Namun jika kita sudah berusaha maksimal, namun tak juga memberikan perubahan dalam hidup, maka mungkin ini sudah bagian dari hidup yang harus dijalani.
Bagi Jupe kakak adalah motivasi dan inspirasi terbesar. Teman-teman di kampus dulu pun selalu menceritakan tentang kakak, bahwa betapa mereka sangat mencintai kakak, bukan hanya sebagai seorang dosen, melainkan lebih dari itu. Jupe dan mereka hingga kini merasa bahwa kakak tidak hanya mengajarkan tentang pengetahuan, namun juga tentang hidup dan motivasi. Dan pelajaran seperti itu hampir tak pernah kami peroleh dari dosen-dosen yang lain.
Demikian pun ketika Jupe bertemu kakak, sepertinya Tuhan sudah mengatur segalanya. Dan perhatian yang kakak berikan telah mengubah semua, dan menjadikan kami sekeluarga menjadi lebih tenang menghadapi hidup. Mama dan adik-adik sering bercerita tentang kakak. Sepanjang hidup kami, belum pernah rasanya kami mendapatkan perhatian, keikhlasan dan cinta kasih dari orang lain, seperti yang kami dapatkan dari kakak. Dan rasanya tak akan pernah kami dapat membalas kebaikan kakak, kecuali dengan doa.
Kak, atas petunjuk dokter mama telah dibawa pulang ke rumah, dan dirawat bersama adik-adik. Sesekali seminggu beliau harus dibawa ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya. Dokter yang merawat mama berpesan agar Jupe merawat mama baik-baik dan memperhatikan kesehatan dan segala keperluan beliau, terutama makanan yang bergizi. Dokter juga bilang sama Jupe, bahwa tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh rumah sakit, karena memang penyakit kanker hati mama sudah sangat akut. Mungkin dokter berpikiran daripada banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk rumah sakit, sebaiknya digunakan untuk membeli semua kebutuhan mama, membeli susu, sayuran, buah-buahan dan yang paling penting membuat hatinya selalu senang dan tenang. Jupe menerima semua ini dengan lapang dada, jika memang ini yang terbaik.
Kak, beberapa malam ini Jupe tidak bisa tidur. Sebetulnya banyak yang ingin Jupe ceritakan sama kakak, namun Jupe tidak lagi mau menyusahkan kakak, karena kakak telah begitu banyak berkorban dan bersimpati pada keluarga Jupe. Semalaman, sambil menjaga mama Jupe duduk di beranda rumah menatap bintang-bintang. Pesan kakak terakhir dulu, jika Jupe merasa kesepian tataplah langit, ceritakan semua kegalauan, kesedihan, kegembiraan dan apapun yang dirasakan pada bintang-bintang, karena diantar kilau bintang dan cahayanya yang berbinar selalu ada cinta dari orang-orang yang selama ini selalu ada buat Jupe. Mereka ada diantara bintang-bintang, dan mereka telah menitipkan cinta dan kasih sayang mereka pada bintang-bintang itu. Jupe merasakan kak cinta itu, bintang-bintang itu tak henti berkelip seakan menemani malam yang begitu sepi. Jupe pun seakan melihat kakak ada disana tersenyum ikhlas.
Kak, dengan apa Jupe harus balas semua ini? Kakak tidak hanya membantu, tapi juga selalu ada disaat Jupe membutuhkan dukungan semangat. Kakak selalu ada disaat jupe butuhkan. Apakah ada manusia di dunia ini seberuntung Jupe? Seberuntung mama? dan seberuntung adik-adik? begitu banyak orang yang membantu kami, itupun dengan perantaraan kakak. Setiap bangun mama selalu berkata agar Jupe menyampaikan rasa terima kasihnya pada Kakak. Bahkan mama beberapa kali bermimpi melihat kakak ada disurga bersama manusia-manusia langit yang pernah Kakak ceritakan.
Kak, Jupe kadang terharu saat pandangi wajah mama yang tertidur lelap. Tak pernah Jupe lihat mama tidur selelap itu setelah bertemu kakak. Walaupun umur beliau mungkin tak akan lama, tapi Jupe bahagia karena beliau telah dirawat dengan begitu baik, dijaga oleh ketiga anak yang begitu mencintainya dan dibantu oleh sekian banyak manusia-manusia langit. Seperti yang pernah Jupe bilang sama kakak, kalaupun mama pergi nanti, beliau pergi sebagai seorang Ratu. Dan Jupe akan selalu menjadi anak yang baik dan senantiasa mendoakan mama.
Jupe akan berjuang di dunia agar mama beroleh surga dari ALLAH, karena memang mama pantas masuk surga. Mama orang yang baik, beliau selama ini telah berjuang agar kami tetap hidup dan sekolah. Jupe juga bilang sama adik-adik agar mereka pun harus menjadi anak yang baik agar masuk surga. Cita-cita Jupe dan adik-adik yang terbesar hingga saat ini hanyalah ingin bertemu Ayah di surga, melepas semua kerinduan yang selama ini terpendam di hati, bertemu dengan Ayah yang selama ini hanya ada dalam cerita dan angan. Jika Ibu pergi nanti, Jupe pun tak ingin berlama-lama hidup dan semoga Allah tidak memanjangkan umur kami di dunia agar segera bertemu dan kembali menjadi keluarga dinsurga.
Kak, tentang kuliah Jupe, jangan lagi kakak pikirkan karena Jupe sudah menguburnya dalam-dalam. Jupe ingin berbakti pada mama dan adik-adik, untuk itu Jupe akan terus berusaha dengan cara apapun agar adik-adik tetap sekolah dan berjalan menuju masa depan mereka.
Paling tidak mereka akan menjadi perempuan-perempuan kuat dan mandiri kelak. Jupe ingin mereka seperti mama, tidak lebih. Tapi Jupe berjanji akan terus belajar disetiap kesempatan.
Kak, kapan ke Palembang lagi? Jupe ingin sekali bertemu kakak, juga adik-adik dan mama di Lubuk Linggau. Sampaikan rasa terima kasih kami sekeluarga pada orang-orang yang selama ini ada, mengulurkan tangannya untuk membantu kami, hingga Ibu bisa dirawat dengan baik tanpa halangan apapun. Hanya Allah yang bisa membalas semua kebaikan mereka.
Jupe pamit kak, karena harus balik ke Linggau, jika ada waktu Jupe pasti email kakak lagi. Salam dari Mama dan adik-adik, semoga Allah senantiasa membuat kakak selalu tersenyum. Jika bertemu temen-teman di kampus, sampaikan salam rindu Jupe buat mereka.
Salam Takzim,
Yupiter

Bantulah Yupiter, Sebuah Himbauan

Kemarin pada pukul 15.00 WIB saya menerima email dari salah seorang mahasiswa saya pada salah satu universitas di Bogor. Sedih rasanya,jika akhirnya harus kehilangan seorang mahasiswa terbaik, cerdas, santun dan punya semangat untuk maju. Pada awalnya saya tidak begitu aware dengan anak ini, karena memang sangat jarang masuk kelas.
Pada suatu hari saya memintanya menghadap saya seusai kuliah untuk membicarakan tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, Karena kehadirannya jauh dari yang dipersyaratkan untuk dapat mengikuti ujian Akhir semester. Namun pertemuan itu adalah pertemuan yang jauh dari bayangan saya sebelumnya, dan pembicaraan itu begitu membuka hati dan menyentuh naluri saya sebagai seorang pengajar.
Namanya Yupiter, temen-temen memanggilnya Yupe. Lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, kedua adiknya perempuan. Secara fisik dia sangat menarik, bahkan menjadi pusat perhatian anak-anak di kampus itu. Namun bagi saya hal itu tidaklah begitu penting bagi saya, namun satu hal yang cukup membuat saya kagum, indeks prestasi komulatif yupiter per semester 5 adalah 3,63. Dari 16 kali jadwal tatap muka, dia hanya menghadiri kuliah saya kurang dari 10 kali, namun pada akhirnya saya membebaskannya untuk mengikuti ujian, demikian pun dalam setiap rapat pengajar saya melobi para pengajar untuk memberi keringanan pada mahasiswa tersebut karena keadaan yang dia alami.
Dia masih sangat muda, umurnya baru 20 tahun. Pada saya dia bercerita tentang segala kepahitan hidup yang dia alami hingga kini. Ketika berumur 5 tahun, ayahnya meninggal karena kecelakaan kapal dan sejak itu Ibunya mengambil alih tanggung jawab, menjadi seorang ibu sekaligus seorang ayah bagi yupiter dan kedua adiknya. Kecintaan pada suami dan ketiga anaknya membuat sang Ibu memutuskan untuk tidak menikah lagi. Ibunya bekerja apa saja untuk membesarkan dan menyekolahkan anaknya. Apa saja dia lakukan, menjadi pembantu, bekerja serabutan dan menjadi penjual kue keliling pun dia lakukan untuk membesarkan ketiga buah hati, dan berharap kelak mereka menjadi orang yang mandiri.
Sama halnya dengan cita-cita anak-anak pada umunya, Yupiter ingin membahagiakan Ibunya, mengabdi menjadi anak yang sholeh. Tak ada yang lebih membahagiakan dia, kecuali membahagiakan Ibu dan kedua adiknya.Kini Ibunya terbaring sakit sejak 4 bulan yang lalu, sepertinya beliau lelah menjalani hidup. Seminggu yang lalu saya sengaja singgah di rumah keluarga itu di kawasan Tanjung Priuk. Saya berbicara panjang lebar dengan Yupiter, memberinya motivasi dan semangat, agar tidak putus asa. Sedih dan senang itu sudah bagian dari hidup, saya minta dia tabah dan tegar menjalani semuanya. Dan saya berjanji akan membantunya. Saya ikut sedih melihat Ibunya yang terbaring sakit, saya sempat berbincang dengan beliau. Sungguh, pada saat itu nurani ini begitu terguncang.
Ingin sekali rasanya membantu, mengurangi beban mereka dan lakukan apa saja. Pada hari berikutnya saya mengajak salah seorang teman saya, yang kebetulan seorang dokter spesialis penyakit dalam ke rumah Yupiter, dan berdasarkan diagnosa kemungkinan besar Ibu Yupiter terkena kanker hati, dan perlu penanganan segera. Pada yupiter saya berjanji akan membantunya, saya akan lakukan apa saja untuk meringankan beban keluarganya. Saya akan mengusahakan bantuan, namun saya berharap dia tetap meneruskan kuliahnya dan saya akan berusaha meyakinkan pihak kampus untuk memberikan keringanan. Betapa saya ingin melihat anak itu menjadi orang yang berguna dan sempat membahagiakan ibunya, dan mengantarkannya menjadi orang yang sukses.
Saya melihat masa depannya begitu baik dan cerah. Namun, email yang saya terima ini, sebagai pertanda, dia telah menyerah pada nasib. Dan akhirnya saya putuskan memulai sebuah misi untuk mengembalikan harapan, cita-cita dan semangat hidup yang selama ini melekat pada dirinya. Jangan biarkan dia kehilangan kesempatan untuk bahagiakan Ibunya, dan Jangan biarkan Ibunya tak punya kesempatan melihat dia menjadi orang kelakMelalui email ini, saya mengetuk pintu hati rekan-rekan untuk membantunya. Tolonglah dia, jangan biarkan cobaan ini merampas masa depannya. Bantuan kita akan sangat besar artinya buat dia, berapapun itu. Kalaupun tidak, doakan pada ALLAH semoga dia diberi jalan.
Saya akan mengemban setiap amanah dari anda sebaik mungkin yang saya bisa. Padanya kita bisa berkaca. Saya berjanji pada anda semua, akan mengantarkannya ke masa depan, dengan segala keterbatasan yang saya miliki sebagai manusia. Suatu masa, anda akan mengenal dia, sebagai orang terkemuka di negeri ini.
Lebih kurang saya mohon maaf.

Surat Pertama

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Besar harapan saya ketika membaca email ini, Bapak senantiasa berada dalam keadaan sehat, dalam lindungan dan kasih sayang ALLAH. Semoga kebahagiaan, kesentausaan senantiasa melingkupi kehidupan Bapak, seorang guru yang selama ini menjadi panutan dalam hidup saya. Bagi saya, Bapak bukan hanya seorang dosen, namun lebih dari itu Bapak adalah seorang sahabat dan panutan bagi saya dan temen-teman di kelas.Lama saya bermenung dan berfikir, bermenung dan terdiam. Dengan segala kekuatan yang ada pada diri saya, akhirnya saya beranikan menulis email ini.Paling tidak ada tempat buat saya menuangkan perasaan dan persoalan hidup yang mendera.
Bapak Refrinal yang mulia,
Mungkin saya harus mengubur impian saya, untuk menjadi seorang sarjana. Mungkin saya harus mengubur harapan-harapan orang-orang yang selama ini ada di hati, mengubah hidup dan menjadi seorang Sarjana. Akhirnya saya menyerah pada nasib bahwa saya harus meninggalkan impian-impian itu, dengan segala kesedihan dan kesedihan, karena keadaan yang begitu pahit. Saya minta maaf pada Bapak, karena tak bisa bertahan dan menjadi orang yang kuat, seperti yang Bapak harapkan. Sungguh, Bapak selama ini adalah panutan dan tempat saya berkiblat dari segala sisi sebagai manusia. Bapak mengajarkan banyak pada saya, mungkin juga temen-teman yang lain. Tidak banyak pengajar di kampus seperti Bapak, yang tidak hanya mengajarkan tentang materi kuliah, melainkan juga tentang hidup. Dan tidak banyak pengajar seperti Bapak, yang memperlakukan kami layaknya sahabat, sehingga tak ada batasan untuk kami untuk berdiskusi tentang apa saja, tentang ilmu, tentang kehidupan.
Akhirnya saya mengerti bahwa hidup itu tidaklah mudah, terlalu banyak kepahitan yang saya alami kini. Saya sudah mencoba dan berusaha, lakukan apa saja untuk tetap bisa kuliah, melalui beberapa semester lagi agar bisa menjadi orang yang punya masa depan, mengubah kehidupan keluarga yang kini hampir tanpa kebanggaan. Saya hanyalah seorang pemimpi yang berharap terlalu banyak. Ketika pertama kali kuliah dulu, saya sudah ragu, apakah bisa melaluinya atau tidak. Rasanya jalan yang akan saya tempuh nanti akan sangat berliku dan penuh aral. Ibu saya hanyalah seorang penjual kue keliling yang penghasilannya tidak seberapa, bahkan untuk mengisi perut saja tidak cukup. Saya memiliki dua orang adik perempuan yang kini duduk di sekolah menengah. Mereka cantik-cantik dan sangat berprestasi di sekolah, cita-cita mereka pun setinggi bintang di langit. Tidak tega rasanya saya membiarkan Ibu berjuang sendirian membiayai hidup dan sekolah kami. Tidak sanggup rasanya saya membiarkan Ibu bangun ditengah malam membuat kue untuk dijual besok pagi, mencuci pakaian dan pulang larut malam. Saya sangat tahu hampir setiap hari Ibu berpuasa, demi kami.
Andaikan bisa, ingin rasanya saya ingin mencari ayah, yang kini entah dimana, hanya untuk memberitahu beliau bahwa betapa sulitnya keadaan kami kini. Pak Refrinal,Ketika Bapak menerima email ini, saya sudah tidak lagi kuliah karena keadaan yang memang semakin sulit. Ibu sakit, dan saya harus mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Sedih rasanya melihat Ibu terbaring lemah dan adik-adik yang kebingungan. Saya harus bekerja kini, bekerja apa saja, agar bisa membawa Ibu berobat dan adik-adik tetap sekolah. Tak ada harapan yang lebih saya harapkan kecuali melihat Ibu sembuh dan adik-adik tetap sekolah. Kedua adik saya sangat cerdas dan cantik, saya tak ingin mereka kehilangan kesempatan untuk sekolah. Saya harus jadikan mereka perempuan yang mandiri, tidak terjebak menjadi pekerja-pekerja murah di negeri orang. Yang membuat saya semakin bulat meninggalkan bangku kuliah, ketika kedua adik saya mengemukakan niatnya untuk menjadi tenaga kerja di Malaysia dan Arab Saudi. Saya sungguh khawatir, saya takut mereka dipekerjakan sebagai pekerja sex dan jika memang itu mereka alami, tak akan ada yang melindungi mereka. Beban saya begitu berat Pak, bahkan saya nyaris putus asa.Saya minta maaf pada Bapak, karena tidak bisa menjadi orang seperti yang bapak harapkan, tapi saya berjanji akan menjadi anak yang berbakti dan kakak yang baik, yang selalu melindungi dan menjadi tempat bersandar bagi keluarga Saya harus mengumpulkan uang sebanyak mungkin, agar bisa membawa Ibu berobat. Doakan saya Pak, semoga diberi jalan dan rezeki.
Doakan Ibu saya Pak, semoga diberi umur panjang, karena untuk beliau saya hidup. Saya mencintainya melebihi diri saya sendiri.Saya berjanji pada Bapak untuk tetap lurus, saya akan selalu mengenang Bapak sebagai seorang guru dan sahabat yang baik.
Terima kasih atas dorongan, nasihat, semangat dan bantuan materi yang selama ini Bapak berikan pada saya. Saya pamit Pak, saya berjanji akan terus berjuang dan berusaha untuk lanjutkan kuliah lagi jika ada kesempatan. Pagi tadi saya pamit sama teman-teman, sedih memang berpisah dengan mereka, tapi ini adalah keputusan yang harus saya ambil.
Terima kasih, atas kelapangan yang Bapak berikan selama kuliah, yang memberikan keringan untuk tidak hadiri kuliah, yang selalu membantu saya disaat saya butuhkan. Maafkan saya jika ada yang kurang berkenan selama iniSemoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat, Karunia dan Kasih sayangNya bagin kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hormat dan salam,
Yupiter

Manajemen Pengetahuan, Antara Kebingungan Praktek dan Peta Kajian

Dalam manajemen pengetahuan, terdapat persoalan dan kebingungan yang terjadi baik yang menyangkut konsepsi pengetahuan itu sendiri maupun praktek manajemen pengetahuan. Selain itu, semakin luas dan kompleksnya kajian manajemen pengetahuan dapat memperparah kebingungan tersebut. Alternatif solusinya adalah: pertama, melakukan klarifikasi atas konsepsi pengetahuan; dan yang kedua, mengupayakan pemetaan atas hasil kajian manajemen pengetahuan yang ada selama ini. Manfaat dari upaya ini tentu menyediakan petunjuk bagi praktek manajemen pengetahuan dan arahan bagi solusi atas persoalan pengetahuan dalam organisasi, serta memberikan peta peluang bagi pengembangan teori manajemen pengetahuan.
Kata kunci : Manajemen pengetahuan
Menarik sekali untuk menyimak apa yang diungkapkan oleh Scott (2000 : 20) bahwa rata-rata usia perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune100 hanya berkisar 42 tahun. Usia ini jelas jauh di bawah rata-rata usia negara berdaulat yang mampu mempertahankan kedidupannya selama sekitar 200 tahunan. Meski demikian, kelangsungan hidup dua jenis organisasi ini masih sangat jauh dibawah usia tujuh agama besar di dunia, yakni Islam, Budha, Tao, Kong Hu Cu, Hindu, Yahudi, dan Kristen. Mereka telah berusia ratarata lebih dari 1500 tahun. Bahkan pemeluk tujuh agama tersebut secara keseluruhan mencakup lebih dari 75% jumlah penduduk dunia. Sajian tersebut sangat penting untuk diungkapkan sebagai fakta awal untuk menguji berbagai strategi kontemporer organisasi yang terus berkembang. Banyak strategi terlalu berorientasi pada tujuan jangka pendek dengan semata menekankan pencapaian efisiensi, maksimasi laba, perluasan pasar, dan lain sebagainya. Persoalan mulai muncul ketika aspek kelangsungan hidup (sustainability) menjadi tuntutan yang mutlak harus diperhatikan dan dipenuhi oleh setiap organisasi.
KELANGSUNGAN HIDUP ORGANISASI
Ada dua faktor yang dihadapi oleh organisasi yang menyangkut kelangsungan hidupnya. Pertama adalah perubahan lingkungan bersaing, dan yang kedua adalah pengaruh kuat dari nilai “shareholder”. Tekanan kuat untuk beradaptasi dan adanya tuntutan keunggulan bersaing telah menghasilkan periode perubahan dan reinvensi organisasi yang tak terbayangkan sebelumnya. Scott menyebut adanya tujuh gelombang utama reinvensi yang telah terjadi selama ini, yakni gerakan kualitas, downsizing, kompetensi inti dan outsourcing, rekayasa, merjer dan akuisisi, komputerisasi jaringan, dan pemberdayaan.
Untuk menghadapi faktor penekan kelangsungan hidup organisasi tersebut diperlukan kekuatan tertentu yang mampu menciptakan dan menjaga kemampuan inti suatu organisasi. Memasuki era global yang diikuti dengan turbulensi perubahan lingkungan, maka kekuatan tersebut berbasis pada pengetahuan (knowledge). Huseini (1999) mengungkapkan bahwa ada pergeseran dari pendekatan market-based menuju resource-based, dalam menyusun kekuatan organisasi. Pendekatan kedua dapat ditelusuri dalam tiga strategic resources dalam organisasi, yakni tangible resources, intangible resources, dan very intangible resources. Ketiga sumber daya tersebut akhirnya juga bermuara pada pengetahuan Senada dengan pandangan ini dikemukakan oleh Barton (1995) yang menyimpulkan bahwa lingkungan yang berubah dengan cepat dan yang akan berlangsung terus di masa depan harus direspons dan dihadapi dengan mencari stabilitas yang mendasari ketidakpastian yang terjadi. Stabilitas ini terletak pada pengetahuan yang dimanifestasikan dalam kemampuan inti (core capabilities).
M
eski demikian, knowledge management, yang semula diprakarsai lebih dari dua puluh tahun yang lalu dan berkembang pesat pada tahun 1990- an, masih menyimpan sejumlah masalah dan kebingungan. Kajian Zolingen, Streumer, dan Stooker menunjukkan bahwa ada persoalan yang berkaitan dengan proses manajemen pengetahuan, terutama pada proses memperoleh, mengkodifikasi, dan mendiseminasi pengetahuan. Selain itu, yang lebih menarik lagi adalah hasil kajian De Long dan Seemann yang mengungkapkan adanya kebingungan konsepsi dan konflik dalam praktek manajemen pengetahuan.
KEBINGUNAN DALAM MANAJEMEN PENGETAHUAN
Ulasan berikut ini diupayakan untuk mengurai dan memperjelas kebingungan konsepsi manajemen pengetahuan daripada konflik yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat pondasi pemahaman konseptual mengenai manajemen pengetahuan sekaligus diharapkan dapat mengurangi potensi masalah dan konflik dalam implementasinya.
Manajemen pengetahuan seringkali digambarkan sebagai pengembangan alat, proses, sistem, struktur, dan kultur yang secara eksplisit meningkatkan kreasi, penyebaran, dan pemanfaatan pengetahuan yang penting bagi pengambilan keputusan. Definisi seperti ini dianggap luas sehingga seringkali menimbulkan kebingungan dalam praktek dan memicu konflik antar bagian dalam organisasi. Sumber kebingungan konseptual berasal dua hal, yakni : dimensi konseptual manajemen pengetahuan, serta perspektif yang berbeda tentang manajemen pengetahuan (De Long & Seemann, 2000).
Manajemen pengetahuan memiliki beragam dimensi yang muncul karena keluasan dan kompleksitasnya sendiri sehingga diskusi yang terjadi seringkali didasarkan pada asumsi yang tak teruji, tingkatan analisis yang berbeda, derajat pengalaman yang beragam, serta tujuan yang berbeda. Bahkan jika orang-orang yang bekerja dalam bagian atau unit kerja yang sama membahas dan mempraktekkan manajemen pengetahuan, maka potensi terjadinya kesalah-pahaman tetap besar karena tiap orang memiliki karakter pengetahuan yang berbeda yang ada di dalam benaknya.
Selain itu, pemahaman atas manajemen pengetahuan setidaknya telah berkembang menjadi empat perspektif yang berbeda. Perspektif ini menunjukkan adanya pengaruh kuat peran seseorang di dalam organisasi ketika mengintegrasikan manajemen pengetahuan dalam implementasi jangka panjang. Berbagai perspektif tersebut adalah : perspektif strategi atau kepemimpinan, yang terjadi ketika eksekutif senior memandang manajemen pengetahuan terutama sebagai cara untuk menunjang pencapaian tujuan strategis dan persepsi pasar modal atas intangible assets.
Perspektif praktek atau isi pengetahuan, ketika pandangan ini dipegang oleh manajer lini yang berpengalaman karena ia sangat peduli dengan dengan pengetahuan apa yang harus dikelola dan bagaimana pengetahuan tersebut diterapkan dalam praktek. Perspektif teknologi, yang didasarkan pada peran teknologi informasi yang memandang manajemen pengetahuan sebagai suatu produk penerapan teknologi informasi dan komunikasi. Perspektif rekayasa atau manajemen perubahan, yang biasanya dianut oleh para spesialis pengembangan SDM dan organisasi, atau ahli internal dalam rekayasan proses bisnis (BPR). Pandangan terakhir tersebut lebih menekankan pada perubahan dalam desain kerja, struktur organisasi, dan budaya organisasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan.
Selain empat perspektif di atas, masih dimungkinkan terjadinya kombinasi di antara beberapa perspektif tersebut sehingga manajemen pengetahuan menghadapi banyak aspek dalam tataran praktis. Kondisi ini tentu memperlebar rentang interpretasi yang semakin membingungkan baik secara konseptual maupun praktis.
Jika disimak lebih mendalam, kebingungan tersebut berawal dari perbedaan penafsiran tentang makna pengetahuan itu sendiri, sehingga berpengaruh terhadap kebingungan dalam manajemen pengetahuan. Persoalan akan selalu muncul dan berkembang eskalasinya, jika antar pribadi yang terlibat dalam proses manajemen pengetahuan memiliki konsepsi dan asumsi yang berbeda mengenai ruang lingkup dan jenis pengetahuan. Kejelasan pada aras ini jelas sangat penting karena berpengaruh kuat bagi proses manajemen selanjutnya. Oleh karena itu, pembahasan selanjutnya bertujuan untuk mengurangi kebingungan tersebut dengan memperjelas perkembangan konsepsi pengetahuan dan peta kajian manajemen pengetahuan.
KLASIFIKASI ISTILAH PENGETAHUAN
Terminologi pengetahuan seringkali dijumbuhkan dengan data dan informasi. Jika tidak diperjelas perbedaannya, maka akan mengakibatkan kebingungan yang terus berkembang karena pemanfaatannya akan tumpang tindih dengan banyak disiplin ilmu yang terfokus pada aras data dan informasi. Dengan mengacu pada pandangan Davenport, Prusak, dan Peter Drucker, perbedaan antara data, informasi, dan pengetahuan dijelaskan dengan sangat baik oleh Zolingen, Streumer, dan Stooker (2001). Data merupakan sekumpulan fakta tentang kejadian yang bersifat obyektif dan diskret.
Sementara informasi adalah data yang dilengkapi dengan relevansi dan tujuan. Data berubah menjadi informasi ketika seseorang memberi makna terhadap data. Ketika seseorang menyampaikan makna tersebut, dari sudut pandangnya, berarti ia telah mentransmisikan informasi. Seseorang disebut membicarakan pengetahuan ketika informasi telah mendapat tempat dalam kerangka acuan pengguna sehingga pengguna tersebut meng hubungkan tindakannya dengan kerangka acuan tersebut.
Buckley & Carter (2000) lebih menyukai pandangan yang mengungkapkan bahwa data, informasi, dan pengetahuan merupakan suatu hierarki yang meningkatkan makna, kedalaman, dan relevansi terhadap tindakan. Informasi merupakan data yang ditafsirkan, dengan makna yang tidak dimiliki oleh data sederhana. Sementara pengetahuan merupakan informasi terstruktur, yang mengungkap keterkaitan, wawasan dan generalisasi, yang tidak dimiliki oleh informasi yang sederhana.
Istilah pengetahuan (knowledge) yang semula dipahami oleh para filosof barat (dimotori oleh Plato) adalah justified true beliefs. Namun demikian, Nonaka dan Takeuchi mengkritik konsep tersebut sebagai terlalu rasional dan berasal dari proses mental ideal yang mengenyampingkan hasil pengalaman inderawi. Konsep tersebut gagal dalam menyentuh dimensi pengetahuan yang bersifat relatif, dinamis, dan humanistis(Nonaka, Toyama, & Konno, 2000).
Konsep Barat tersebut hanya mengakui pengetahuan yang bersifat eksplisit, sementara pengetahuan pada saat yang bersamaan juga mencakup tacit knowledge. Tacit berarti sesuatu yang tidak dengan mudah dilihat dan diekspresikan. Ia berakar dalam tindakan dan pengalaman pribadi, seperti halnya dambaan, nilai, ataupun emosi. Wawasan dan intuisi subyektif juga masuk dalam kategori ini. Pengetahuan tacit sangat bersifat pribadi dan sulit diformalisasikan (Nonaka dan Takeuchi, 1995 : 8-21).
Davenport dan Prusak (dalam Zolingen, Streumer, dan Stooker, 2001 mengungkapkan bahwa pengetahuan) bersifat personalized dan dipengaruhi oleh banyak hal. Ia merupakan ramuan cair dari pengalaman berkerangka, nilai, informasi kontekstual, wawasan ahli yang memberikan kerangka kerja untuk mengevaluasi dan menggabungkan pengalaman baru dan informasi. Dalam organisasi, pengetahuan seringkali melekat tidak hanya di dalam dokumen, tetapi juga rutinitas, proses, praktek, dan sekaligus norma keorganisasian. Dalam hal ini ada pengakuan bahwa pengetahuan merupakan realitas yang dikonstruksi secara sosial, dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai pribadi, ditempa dalam irama sehari-hari, dan dapat dilihat dari produk dan jasa organisasi. Dengan demikian, pengetahuan memanglah rumit karena bersifat perorangan, sehingga menyulitkannya untuk distandarisasi dan disebarkan secara efektif kepada yang lainnya.
Pengertian yang lebih moderat dan sekaligus mengakui kedua jenis pengetahuan tersebut (tacit dan explicit) sekaligus mengakui bahwa ia merupakan kekayaan dari sebuah organisasi disampaikan oleh Scott (2000 : 6), yang mendefinisikannya sebagai the collective intellectual assets of employees.Scott menandaskan bahwa pengetahuan berbeda dengan data dan informasi. Bank-data ada di dalam server, rak, maupun tempat penyimpanan arsip lainnya. Ia tidak membuat pintar organisasi. Data hanyalah benda mati. Ia merupakan sebuah artefak. Sementara pengetahuan merupakan aset abstrak yang tersimpan di dalam benak orang-orang di dalam organisasi.
Orang-orang yang berpengetahuan(knowledgable people) inilah yang membuat pintar organisasi. Mereka merupakan kekuatan utama organisasi dalam menghadapi berbagai rupa dan kecepatan perubahan di masa depan. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa konsepsi pengetahuan bisa menimbulkan masalah tersendiri dalam manajemen pengetahuan. Dari uraian di atas, semakin jelas bahwa pengetahuan adalah hal yang berbeda dari data dan informasi meskipun masih juga terkait dengannya. Pengetahuan mencakup dua jenis, yakni tacit dan explicit. Ia bersifat pribadi dan melekat dalam berbagai hal dalam organisasi. Pengetahuan juga merupakan aset utama bagi organisasi. Kejelasan mengenai konsepsi pengetahuan ini dapat membantu mempermudah proses praktek manajemen pengetahuan, meskipun tidak berarti mampu menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada.

PETA KAJIAN MANAJEMEN PENGETAHUAN
Selanjutnya perlu dibahas mengenai peta kajian manajemen pengetahuan yang telah dan terus berkembang. Manajemen pengetahuan telah didiskusikan dalam beragam disiplin. Ia bukan merupakan disiplin tersendiri namun berupa sekumpulan masalah yang didekati dengan cara yang berbeda dalam tradisi yang berbeda pula. Banyak sekali penyumbang bagi literatur manajemen pengetahuan. Akibatnya, tanpa taksonomi yang jelas atas beragam kajian, penelitian, dan praktek tersebut tentu akan membingungkan baik bagi mereka yang hendak mendalami bidang ini maupun yang hendak mempraktekkannya.
Ilkka Tuomi (1999) telah membantu mengurangi kebingungan tersebut dengan melakukan taksonomi yang sangat bermanfaat untuk memetakan literatur manajemen pengetahuan. Ia mengungkapkan bahwa manajemen pengetahuan dapat didekati dari tiga arah yang berbeda. Yang pertama menekankan pada kognisi dan kecerdasan organisasi; yang kedua pada strategi dan pengembangan organisasi; dan yang terakhir menekankan pada sistem informasi organisasi dan pemrosesan informasi. Tuomi sendiri mengakui bahwa pembagian tersebut tidaklah bersih dan masih memungkinkan terjadinya tumpang tindih, namun pengelompokan ini memiliki tradisi penelitiannya sendiri yang tidak selalu dikenal dengan baik di luar batas-batas disiplinnya sendiri. Disiplin pertama, yakni kecerdasan organisasi (organizational intelligence) diartikan sebagai cara organisasi dan anggotanya mempersepsi, memahami, dan mempelajari lingkungannya.
Dengan menggunakan metafora kecerdasan, dapat ditelusuri beragam tradisi penelitian yang masuk dalam perspektif ini telah terpusat pada persepsi, sensemaking, pembelajaran, dan memori organisasi. Fokus persepsi memiliki tradisi penelitian kecerdasan bersaing (competitive intelligence), yang berarti cara organisasi mengumpulkan dan menganalisa informasi mengenai situasi persaingan dan pengembangan pasar. Tindakan yang cerdas dilihat sebagai hasil dari akuisisi, kategorisasi, distribusi, dan penggunaan informasi secara efektif. Selama ini, tugas tresebut diorganisir di seputar unit perencanaan strategis, pusat pelayanan informasi, dan unit intelijensi bisnis terspesialisasi. Perkembangan terakhir, jaringan kerja intelijensi bisnis telah dikonseptualisasi sebagai jaringan terpencar yang mengumpulkan dan memproses rumor, memberi akses terhadap sumber pengetahuan eksternal dan internal, serta memberikan informasi analisis bagi pengambilan keputusan strategis. Beberapa contoh kajian yang termasuk dalam tradisi penelitian ini adalah Aguilar (1967), Porter (1980), Ghoshal & Westney(1991), Stanat (1990), Fuld (1996), Gilad& Gilad (1988), dan Choo (1998a).
Fokus sensemaking memiliki tradisi penelitian kognisi manajerial dan organisasi yang secara eksplisit mengadopsi pandangan kognitif terhadap organisasi. tradisi penelitian ini berdasarkan pada penelitian dalam sensemaking, kategorisasi, dan struktur pengetahuan manusia. Tradisi ini dipengaruhi oleh psikologi sosial (yang berdampak kuat pada penelitian organizational sensemaking) dan cognitive science (pada penelitian model dan peta mental bersama dalam organisasi). Literatur dalam bidang ini sangat banyak dan berkembang dengan cepat. Contohnya antara lain : Weick (1995), Daft & Lengel (1984), Bougon (1992), Lyles & Schwenk (1992), Dutton (1993), Thomas & McDaniel (1990), Sims & Gioia (1986), Spender (1989), dan Sparrow (1998).
Fokus memori mempunyai tradisi penelitian organizational memory yang kini dipergunakan secara luas dan dapat didekati dari beberapa tradisi penelitian yang mandiri dan berbeda, mulai dari sudut pandang sistem informasi, pengembangan sumber daya manusia, intelijensi bisnis, dan organizational unlearning and routines. Hasilnya, metafor dan konstruk memori organisasi mempunyai penafsiran ganda. Penggunaannyapun bervariasi di antara tradisi penelitian tersebut. Sebagai contoh, beberapa peneliti menghubungkan memori organisasi dengan database sementara yang lainnya menghubungkannya dengan individu, aktivitas organisasi, maupun budaya. Tuomi (1999) menyarankan bahwa secara ontologis, memori organisasi seharusnya dibatasi dalam konteks kecerdasan organisasi. literatur yang menjadi contoh dalam tradisi penelitian ini meliputi : Walsh & Ungson (1991), Stein & Zwass (1995), El Sawy, et.al. (1986), Tuomi (1993b), Kuutti & Virkkunen (1995), Morrison (1993), Huber (1990), Orr (1990), Neustadt & May (1986), Douglas(1987), Nelson & Winter (1982).
Fokus pembelajaran mempunyai tradisi penelitian yang beragam dan berhubungan dekat dengan pendekatan kognitif dalam manajemen pengetahuan. Seringkali sulit untuk membedakan pembahasan atas manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi, karena mereka memperhatikan kurang lebih pada masalah yang sama. Suatu topik inti dalam manajemen pengetahuan, yakni kreasi pengetahuan, juga merupakan isu sentral dalam pembelajaran organisasi.
Suatu topik utama pembelajaran organisasi, yakni difusi inovasi dan praktek keorganisasian, juga merupakan masalah utama dalam manajemen pengetahuan. Seseorang dapat dengan mudah berargumentasi bahwa pembelajaran organisasi merupakan satu bidang kunci dalam teori manajemen pengetahuan, dan bahwa organisasi pembelajaran merupakan organisasi yang mengelola proses pengetahuannya. Kontribusi teoritis terhadap pembelajaran organisasi dapat dikategorisasikan berada dalam disiplin kecerdasan organisasi. Tetapi ia juga terkait erat dengan disiplin pengembangan organisasi, termasuk pengembangan strategi, pengembangan proses, dan pengembangan sumber daya manusia.
Pembelajaran organisasi dalam disiplin kecerdasan organisasi dapat didekati dari empat arah, pertama menekankan pada munculnya gagasan dan desain baru dari eksplikasi tacit knowledge (Nonaka & Takeuchi, 1995); kedua mengadopsi pandangan sistem terhadap kemampuan yang mendasari pembelajaran organisasi, yang mengaku bahwa organisasi menjadi organisasi pembelajaran jika ia mengelola proses pembelajaran dan mengembangkan systems thinking (Espejo, 1996); ketiga memusatkan pada rintangan perilaku dan kognitif atas pembelajaran (Argyris, 1993; Schon, 1983; Schein, 1993); keempat mendekati pembelajaran dari perspektif sosial, budaya, dan perkembangan, dengan memusatkan perhatian pada mekanisme sosial yang mendasari pembelajaran(Brown & Duguid, 1991). Literatur penting lainnya dalam fokus ini adalah Senge (1990), Levit & March (1988), March (1994), Garvin (1993), Starbuck (1992), Kanter (1988), Daft & Huber (1987), dan Miettinen (1998a).
Disiplin kedua, pengembangan organisasi mendekati manajemen pengetahuan dari perspektif yang lebih analitis dan intervensionis. Beberapa fokus yang termasuk dalam disiplin ini adalah: manajemen aset pengetahuan, pengembangan kerja dan sumber daya manusia, kompetisi berbasis pengetahuan, dan pengembangan proses. Fokus manajemen aset pengetahuan berusaha memahami pengetahuan sebagai suatu sumber daya serta berupaya memahami nilai dari aset pengetahuan di dalam organisasi. tradisi penelitian yang tercakup dalam fokus ini ada dua, yakni ekonomi pengetahuan, dan modal intelektual (intellectual capital). Literatur yang termasuk dalam kategori ekonomi pengetahuan meliputi antara lain Tobin (1978), Romer (1998a), Arthur (1989), David (1985), Stoneman (1995), Earl (1996), Strassmann (1998). Sementara karya yang termasuk dalam tradisi modal intelektual adalah Sveiby (1997), Edvinson & Malone (1997), Dow Chemical (1994), Stewart (1997), Brooking (1996), Lynn (1998), Srivastava (1998), Roos & Roos (1997), Klein (1998).
Sementara itu, fokus pengembangan sumber daya manusia memiliki dua tradisi penelitian. Pertama, pengembangan keterampilan dan kompetensi yang meliputi literatur : Sackmann, Flamholtz & Bullen (1989), Dawson (1994), dan Miller (1996). Kedua, pengembangan kerja berbasis pengetahuan, yang mencakup pengembangan tim kerja, budaya organisasi dan praktek kerja yang mendukung inovasi dan kreativitas. Semua ini dipandang sebagai faktor kunci bagi keberhasilan organisasi. contoh literatur yang masuk tradisi ini adalah : Humphrey (1987), Katzenbach & Smith (1993), Amabile (1988), Kanter (1988), Leonard-Barton (1995), Leonard & Sensiper (1998), Engestrom (1987, 1999), Virkkunen, Helle, & Poikela (1997), Miettinen & Hasu (1997).
Fokus berikutnya adalah kompetisi berbasis teknologi yang telah mendekati manajemen pengetahuan dari tingkatan analisis keorganisasian. Tradisi penelitian dalam fokus ini berkisar pada strategi bisnis dan desain organisasi. Contoh karya yang termasuk dalam tradisi ini adalah Burns & Stalker (1994) yang mendiskusikan peningkatan inovasi dan pengetahuan dengan memusatkan perhatian pada struktur organisasi dan manajerial yang membisakan inovasi organisasi. Senada dengan hal tersebut, Bartlett & Ghoshal (1989), serta Gupta & Govindarajan(1991) membahas pembagian karyawan diantara unit bisnis yang beragam dalam satu perusahaan, dan cara perusahaan multinasional seharusnya mengorganisir arus pengetahuannya. Selain itu, pendekatan berbeda dari karya berpengaruhnya Hamel dan Prahalad (1990) telah mempopulerkan gagasan mengenai organisasi yang bersaing berdasar kemampuan yang dimilikinya. Karya lain yang masuk dalam fokus ini antara lain Jarillo & Martinez (1990), Egelhoff (1982), Quin (1992), Hedlund(1994), Savage (1996), Klein & Kass(1991), Stalk, Evans, & Shulman (1992), dan Nahapiet & Ghoshal (1998).
Fokus terakhir dari disiplin pengembangan organisasi ini adalah pengembangan proses yang berupaya memusatkan perhatian pada aspek aktivitas pengetahuan di tingkat organisasi. Tradisi penelitian yang termasuk dalam fokus ini adalah BPR(Business Process Reengineering) dan TQM (Total Quality Management). Literatur yang dikategorikan ada dalam tradisi penelitian ini termasuk diantaranya Davenport (1993), Sviokla (1996), Imai (1989), dan Garvin (1988). Disiplin yang ketiga adalah pemrosesan informasi pada tingkatan organisasi. meskipun pembahasan struktur keorganisasian diarahkan pada tingkatan makro dari arus informasi organisasi, secara lebih ekstensif hal ini dibahas dari sudut pandang aliran pesan pada tingkatan mikro. Sebagai kebalikan dari struktur pada tingkatan makro, pandangan ini memusatkan perhatian pada pola komunikasi dalam suatu organisasi (lihat Teece, 2000). Tuomi (1999) menandaskan bahwa disiplin ini menekankan fokusnya pada komunikasi organisasi, pembagian informasi (sharing), dan pemrosesan informasi. Khusus untuk dua fokus terakhir, manajemen pengetahuan terkait erat dengan sistem informasi. Fokus komunikasi organisasi telah menerima perhatian yang sangat berarti, dengan meliputi tradisi penelitian aliran informasi, jaringan kerja komunikasi informal, dan otomasi aliran kerja. Karya yang berkenaan dengan jaringan kerja informal telah mengarah pada minat susunan ruangan kantor yang memberikan peluang bagi terciptanya pertemuan acak antar manusia. Literatur tersebut mencakup : Allen & Cohen (1969), Granovetter (1973), Kreiner & Schultz, (1993). Sementara itu, penelitian tentang komunikasi organisasi dan penyampaian pesan telah mempengaruhi tradisi lain, yakni desain sistem komunikasi bermediasi komputer dan otomasi aliran kerja, dengan contoh literatur : Flores, Graves, Hartfield, & Winogard (1988), Malone, Grant, et.al., (1987), dan Sproull & Kiesler (1991). Contoh karya lain yang masuk dalam fokus ini adalah : Harasim (1993), Stohl& Redding (1987), O’Reilly, et al. (1987), Stevenson & Gilly (1991), Huber & Daft (1987), Zack (1993), Panko (1992), Mumby (1988), dan Goldhaber (1993), serta Biemans (1995).
Beberapa tradisi penelitian mengembangkan alat untuk membantu fokus pembagian (sharing) informasi baik di dalam maupun di antara organisasi. alat ini dimaksudkan untuk diterapkan dengan menggunakan sistem informasi. Tradisi penelitian yang termasuk dalam fokus ini adalah sistem kolaborasi, pemodelan perusahaan, representasi data, dan representasi pengetahuan. Tradisi yang terakhir ini menarik karena dimaksudkan untuk membantu mewakili pengetahuan manusia dalam bentuk yang dapat diproses oleh komputer. Hal ini telah dipelajari secara khusus dalam intelijensia artifisial dan konteks sistem pakar yang ditunjukkan oleh karya Boose(1986), Gaines (1994), Lenat, et al. (1990). Banyak literatur yang dapat dikategorikan dalam fokus ini, antara lain : Ciborra (1996), Morrison & Liu Sheng (1992), Morrison (1993), Boland, et al. (1994), Schrage (1990), Jarvenpaa & Ives (1994), Favela (1997), Marshak (1995), Frost (1986), Steels (1993), Bobrow & Winograd (1977), Shaw & Woodward (1990), Lamersdorf, et al(1988), Katz (1990), Martin (1998), dan Batini et al. (1992).
Fokus yang ketiga dalam disiplin pemrosesan informasi organisasi adalah pemrosesan informasi, yang dilaksanakan dalam konteks pemrosesan otomatik informasi untuk mendukung pengambilan keputusan organisasi. Fokus ini bermula dari tradisi penelitian sistem informasi manajemen (misalnya Gorry & Scott Morton, 1971), lalu perhatian beralih pada sistem pendukung keputusan (Decision Support System) dan kemudian pada ssitem informasi eksekutif (Executive Information System). Gagasan yang mendasari semua tradisi ini adalah bagaimana menggunakan komputer untuk memproses informasi sehingga ia dapat dipergunakan untuk mendukung manajemen organisasi.
Perkembangan terakhir menunjukkan adanya minat nyata terhadap penemuan berbasis komputer dan terhadap penyaringan pengetahuan, seperti misalnya pengilangan informasi (information refineries) dan penambangan data (data mining). Literatur yang dapat dikategorikan masuk dalam fokus ketiga ini antara lain : Rockart & DeLong (1988), Watson, et al. (1991, 1993), Walls et al (1992), Benbasat & Naul (1990), Ramaprasad (1987), Millet & Mawhinney (1992), Watterson (1994), Gibson (1991), Fjermestad, et al. (1993), Silver (1991), Michie (1983), dan Schmitz, et al. (1990).
Setelah menyimak peta kajian manajemen pengetahuan yang telah berkembang tersebut, maka semakin mudah bagi untuk dipahami betapa luas dan kompleksnya cakupan dari disiplin manajemen pengetahuan ini. Peta kajian ini mempermudah mereka yang berusaha mengembangkan manajemen pengetahuan baik dalam aras praktek maupun teoritis. Peta ini juga dapat mengeliminasi kebingungan yang muncul akibat begitu banyaknya literatur yang mematok istilah yang sama, yakni manajemen pengetahuan. Bagi para akademisi, peta tersebut membantu mereka untuk mengambil spesifikasi tertentu yang hendak dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang dialami. Bagi praktisi, peta tersebut membantu mereka memilih dan memilah bidang atau pendekatan apa yang hendak mereka pergunakan dalam membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Namun dibalik ini semua, masalah belumlah usai karena tidaklah mudah mengintegrasikan semua kajian tersebut ke dalam satu disiplin yang utuh, sehingga menghasilkan pendekatan yang lebih komprehensif bagi manajemen pengetahuan. Perlu pula disadari bahwa latar belakang munculnya begitu banyak kajian, pendekatan, dan tradisi penelitian seperti yang diungkapkan diatas disebabkan oleh beragam dan kompleksnya persoalan praktek yang ada yang ternyata didekati melalui cara yang berbeda pula (lihat pula Scarbrough & Swan, 2001). Keberagaman ini berarti menunjukkan adanya solusi pengetahuan yang berbeda-beda terhadap persoalan pengetahuan yang berbeda pula. Hal ini bisa ditafsirkan pula sebagai banyaknya alternatif bagi pemecahan masalah sekaligus adanya peluang yang beragam bagi pencapaian tujuan organisasi.
PENUTUP
Kelangsungan hidup organisasi merupakan isu vital yang dihadapi oleh organisasi dengan beragam sikap dan tindakan. Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam menghadapi persoalan kelangsungan hidup ini, yakni market-based dan resource-based. Bagi pendekatan yang kedua ini, pengetahuan merupakan faktor kunci dalam menempa kemampuan inti organisasi dalam menghadapi perubahan yang terus berlangsung dengan arah yang tak terduga di masa depan. Namun demikian, terdapat persoalan dan kebingungan yang terjadi dalam prakteknya baik yang menyangkut konsepsi pengetahuan itu sendiri maupun praktek manajemen pengetahuan. Selain itu, semakin luas dan kompleksnya kajian manajemen pengetahuan dapat memperparah kebingungan tersebut.
Alternatif solusinya adalah : pertama, melakukan klarifikasi atas konsepsi pengetahuan; dan yang kedua, mengupayakan pemetaan atas hasil kajian manajemen pengetahuan yang ada selama ini. Manfaat dari upaya ini tentu menyediakan petunjuk bagi praktek manajemen pengetahuan dan arahan bagi solusi atas persoalan pengetahuan dalam organisasi, serta memberikan peta peluang bagi pengembangan teori manajemen pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Barton, D. L. 1995. Wellsprings of knowledge : building and sustaining the sources of innovation. Boston : Harvard Business School Press.
Buckley, P.J., & Carter, M.J. 2000. “Knowledge management in global technology markets : applying theory to practice”. Long Range Planning, Vol. 33.
Choo, C.W. 1998. The knowing organization : how organizations use information to construct meaning, create knowledge, and make decisions. New York : Oxford University Press.
De Long, D.W. & Seemann, P. 2000. “Confronting conceptual confusion and conflict in knowledge management”. Organizational Dynamics, Vol. 29, No. 1, pp. 33-44.
Huseini, M. 1999. “Mencermati misteri globalisasi: menata-ulang strategi pemasaran internasional Indonesia melalui pendekatan resource-based”. Pidato Pengukuhan Guru Besar UI, 25 September.
Nonaka, I. & Takeuchi, H. 1995. The knowledgecreating company : how Japanese companies create the dynamics of innovation. New York: Oxford University Press.
Nonaka, I., Toyama, R., & Konno, N. 2000. “SECI, ba, and leadership : a unified model of dynamic knowledge creation”. Long Range Planning, Vol. 33
Prichard, C., Hull, R., Chumer, M., & Willmott, H., ed. 2000. Managing knowledge : critical investigations of work and learning. New York: St. Martin’s Press.
Scarbrough, H. & Swan, J. 2001. “Explaining the diffusion of knowledge management : the role of fashion”. British Journal of Management , Vol. 12, pp. 3-12.
Scott, M.C. 2000. Reinspiring the corporation : the seven seminal path to corporate greatness. Chichester : John Wiley & Sons, Ltd. Senge, P.M. 1994. The fifth discipline : the art and practice of the learning organization. New York : Currency Doubleday.
Teece, D. 2000. “Strategies for managing knowledge assets : the role of firm structure and industrial context”. Long Range Planning, Vol. 33.
Tuomi, Ilkka. 1999. Corporate knowledge : theory and practice of intelligent organizations. Helsinki : Metaxis.
Zolingen, S.J. van, Streumer, J.N., Stooker, M. 2001. “Problems in knowledge management : a case study of a knowledge-intensive company”. International Journal of Training and Development (5 : 3).